Mbok Mega cuma ngomong apa adanya. Salahnya dimana?
Fans Jokowi ngamuk karena sang pujaan "direndahkan" oleh Megawati saat perayaan ultah PDIP ke-50. Mega mengatakan "Jokowi kalau gak ada PDIP, kasihan deh...".
Lalu Jokower pada ngamuk bilang, "PDIP tanpa Jokowi bakalan nyungsep. Jokowi effectlah yang membuat banteng jadi gemuk".
Masak sih? ngamuk boleh, bodoh jangan!
Sebelum bicara coba lihat data pemilu, ingat sejarah.
Saat Pemilu tahun 1999, PDIP lah yang keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara 33,75%. Padahal mereka saat itu belum menguasai eksekutif. Belum ada Jokowi.
Pemilu 2004, perolehan suara PDIP menurun drastis menjadi 18,53%. Pemilu 2009, merosot ke 14,01%. Pesona SBY lah yang membuat elektabilitas PDIP tergerus di dua pemilu (2004 dan 2009). Demokrat jadi pemenang di Pemilu 2009, disusul Golkar. Walau begitu, PDIP masih bisa bercokol di urutan ketiga.
Pemilu 2014, perolehan suara PDIP mengalami kenaikan signifikan menjadi 18,96%. Ini berkat kelihaian Bappilu PDIP yang bisa memanfaatkan momentum untuk merebut kekuasaan dari tangan Demokrat.
Pemilu 2019, Jokowi sudah menjadi Presiden RI selama satu periode. Tapi PDIP ternyata hanya memperoleh suara 19,33%. Cuma naik 0,37% doang.
Apakah dengan fakta seperti itu Jokowi bisa disebut punya efek suara buat PDIP? Tentu tidak.
Jadi wajar bila mbok Mega membuat statement kalau tanpa PDIP, Jokowi bukan siapa-siapa.
Silahkan fanatik, tapi tetap berpikir logic. Jokowi effect itu cuma pepesan kosong. Harus kita akui, suka tidak suka, yang berdarah-darah membesarkan PDIP sejak jaman Orba itu ya mbok Mega.
(By Ruby Kay)