[PORTAL-ISLAM.ID] *Foto bendera Sisingamangaraja XII yang tersimpan di museum Museum Aan De Stroom, Belgia itu ada percikan darah sang Pahlawan.
"Ahu Singamangaraja" adalah kata terakhir yang diucapkan oleh Sisingamangaraja XII saat peluru tajam menembus kepalanya.
"Aku adalah Sisingamangaraja" katanya di hadapan serdadu Belanda. Tak lama, ia gugur dan jasadnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat oleh penjajah Belanda.
Sisingamangaraja XII adalah pahlawan nasional yang dikenal gigih mempertahankan harkat dan martabat tanah dan budaya leluhurnya.
Karenanya, Sisingamangaraja XII sangat menentang segala sesuatu yang berbau kolonialisme hadir di tanah Batak saat itu.
Prof. Uli Kozok dari University of Hawai, Amerika yang menaruh perhatian pada kebudayaan Batak, menyebut bahwa hingga akhir hayatnya, Sisingamangaraja XII menolak ajaran yang dibawa oleh Nommensen.
Ia bahkan menyatakan Nommensen sebagai musuh. Hal itu terlihat dalam surat-surat yang ditulis Nommensen dan permintaan bantuan Nommensen kepada Belanda untuk memerangi Sisingamangaraja XII.
Karena itulah, Sisingamangaraja XII kemudian menjalin hubungan yang sangat baik dengan Kesultanan Aceh.
Hubungan tersebut dapat dilihat dari simbol-simbol islami dan ayat-ayat Al Quran di bendera, pedang dan mata uang yang digunakan oleh Sisingamangaraja XII.
Misalnya bendera Sisingamangaraja yang sangat dipengaruhi oleh Kerajaan Aceh. Pada bendera itu terdapat tulisan yang menggunakan bahasa Aceh yang ditulis dengan huruf Arab Jawi (Arab Melayu).
Dilansir MEDAN INSIDER dari seminar yang digelar oleh Uli Kozok beberapa tahun lalu di kampus UIN Sumatera Utara, di bendera Sisingamangaraja juga terdapat ayat-ayat Alquran.
Dalam seminar yang bertajuk “Hubungan Bendera Sisingamangaraja XII dengan Kerajaan Aceh dan Turki” itu memperlihatkan bahwa bendera yang tersimpan di Museum Aan De Stroom, Belgia itu ada percikan darah Sisingamangaraja.
Kemudian, dalam bendera Sisingamangaraja juga ada gambar pedang terbelah dua. Konon menurut Prof. Uli terinspirasi dari pedang milik Ali bin Abi Thalib.
Pedang yang diberikan Nabi Muhammad kepada sahabat sekaligus menantunya itu terbelah dua dalam sebuah peperangan dahsyat.
Gambar pedang terbelah dua tersebut banyak digunakan sebagai bendera di negara penganut mayoritas Islam.
Biasanya ada juga tulisan Arab yang menyertainya yaitu “Laa fata Illa Ali wa laa sayf Illa Dzulfikar”, tiada pemuda seberani Ali dan tiada pedang sehebat Zulfikar.
Bendera dengan lambang islami tersebut didapatkan Sisingamangaraja XII dari Kerajam Turki Utsmani lewat perantara Kerajaan Aceh.
Kerajaan Aceh di masa itu juga diketahui mengadopsi simbol bendera tersebut dalam atribut kerajaannya.
(Sumber: MedanInsider)