KANJURUHAN
Minggu ini saat kompetisi kelas AFF kamu asyik bahas Timnas? Asyik bahas bola?
Sebelum Timnas keok tadi malam, bahkan kamu asyik memuja, menyanjung Timnas? Bilang permainan semakin hebat, Timnas mengalami kemajuan, dll dsbgnya? Saat Timnas keok semalam, kamu tetap legowo, mendukung, support.
Bagus sekali. Itu berarti kamu cinta dg Timnas. Cinta dengan sepak bola.
Tapi jangan lupakan.
Juga bahaslah Tragedi Kanjuruhan. Sedikit saja.
Bahwa 1 Oktober 2022 lalu. Genap 100 hari, kejadian ini. Kamu ingat? Atau lupa? Atau tidak tahu?
Atau kamu termasuk yang buas sekali malah menyalahkan suporter? Dasar suporter tukang rusuh, tawuran, rasain, mampus elu!
Tidak apa. Bahkan jika kamu termasuk pembenci luar biasa, tukang nyumpahi suporter habis-habisan, tetaplah ingat Tragedi Kanjuruhan ini. 135 mati loh. Itu bukan cuma angka. Itu nyawa manusia.
Jadi, sambil kamu mengelu-elukan ketua PSSI, pengurus PSSI, mengelu-elukan STY, pelatih top segalaksi Bima Sakti, yg mengancam mundur jika ketum PSSI mundur, ayo, ingatlah sejenak Tragedi Kanjuruhan.
Bahkan jika kamu mengingatnya sambil mengumpat: 'Tere Liye ini, sok paling Kanjuruhan. Suporter mati itu salah mereka sendiri!' Tidak apa. Minimal kamu ingat.
Dan saat kamu ingat ini. Boleh jadi akhirnya masuk di kepala kamu: inilah realitas sepakbola Indonesia. Jangan lupakan itu. 135 nyawa.
(By Tere Liye)