Koalisi Perubahan itu Koalisi Munafik!
By Azwar Siregar
Lucu, ya kalian memang lucu. Kalau tidak mau disebut dungu. Dari namanya saja sudah sangat munafik. Koalisi Perubahan. Perubahan apanya?
Kalau cuma Bonekanya aja yang berubah, bagaimana bisa disebut Koalisi Perubahan?
Ok-lah, ada PKS dan Demokrat di dalam. Partai Oposisi dan Partai "semacam" Oposisi. Tapi fakta yang tidak terbantahkan "leadernya" tetap Nasdem. Partai utama Pengusung dan Pembela Utama Pak Jokowi selama dua periode.
PKS dan Demokrat di Koalisi Perubahan cuma follower. Ngikut maunya Bewok. Cuma bisa rebutan "jatah" Cawapres. Saya yakin setiap malam kalau mau tidur, Pak Bewok senyum-senyum melihat PKS dan Demokrat yang rebutan jadi Cawapres "Petugas" Partainya.
Pak Bewok emang jempolan. Dia masih berada di Koalisi Pemerintah. Bahkan berkali-kali menyatakan dengan tegas, Anies akan melanjutkan semua Program Pak Jokowi. Bagi seorang Bewok, Anies adalah purna dari cita-cita ambisi Politiknya. Dia menjadi Dalang alias atasan dari seorang Presiden yang menjadi Petugas Partainya.
Selama ini mungkin Pak Bewok belum merasa puas. Sekalipun dia menganggap dirinya bagian dari para Dalang, tapi dia mesti tahu diri, Pak Jokowi "murni" Petugas Partainya Bu Mega. Pak Bewok iri dong.
Kekecewaan Pak Bewok mungkin saja semakin memuncak. Banyak "jatah" Kabinet strategis yang selama ini dia kuasai akhirnya terlepas. Sebut saja Kejaksaan Agung yang selama ini identik dengan orangnya Pak Bewok.
Belum lagi dengan muncul dan bergabungnya Pak Prabowo di Kabinet Pak Jokowi, keberadaan Bewok semakin tersisihkan. Bagaimanapun Partai Gerindra jauh suaranya diatas Partai Pak Bewok.
Jadilah Pak Bewok ambil keputusan "nekad". Tetap jadi Pendukung Pemerintah, tapi berusaha mengambil Anies yang di beberapa survey popularitasnya meroket sejak Oposisi yang masih marah ke Pak Jokowi merasa ditinggalkan Pak Prabowo.
Sebenarnya Pak Bewok masih gamang. Baik dulu apalagi sekarang. Kalau dulu, contohnya diawal-awal, jagoan utamanya buat jadi "Boneka" selanjutnya adalah Pak Ganjar. Sayangnya yang bersangkutan sekalipun dicaci-maki "porn lover", masih lebih punya etika dan tahu balas budi. Tidak mau melangkahi Ketua Umum Partainya, Bu Mega.
Jadilah Bewok mengambil Anies. Gayung bersambut. Bewok butuh Boneka dan Anies butuh Dalang. Mereka salaman. Anies lupa daratan. Lupa janji dan budi ke Pak Prabowo. Lupa "perjanjian politik" di atas materai yang masih rapi tersimpan.
Tapi bagi manusia culas, apalah artinya balas budi. Karena dia sama sekali ngga paham budi pekerti. Dari kecil mungkin tidak pernah diajari. Pantas saja sekalipun di Pilpres 2014 dia dengan kejinya memfitnah Pak Prabowo, kemudian Pak Prabowo bantu di Pilkada 2017, sekarang dia masih sanggup mengkhianati tangan yang sudah menolongnya.
"Apa Pak Prabowo mau memaafkan saya?"
Itu adalah kata-kata penuh penyesalan yang sudah dilupakan Anies ketika 2017 ditelepon mau dimajukan ke Pilkada DKI Jakarta.
Bukan cuma dimaafkan. Anies didanai dan disupport habis-habisan oleh Pak Prabowo, sampai menang Pilkada. Berkali-kali dilindungi oleh Fraksi Gerindra dari upaya pemakzulan.
Tapi culas ya tetap culas. Tamak akan tetap tamak. Rakus akan tetap rakus. Contoh Politikus Busuk yang tidak tahu terima kasih dan balas budi.
Sekarang si Culas ini dipuja-puji sebagai antitesa Pak Jokowi. Antitesa apanya?
Kalaupun jadi Presiden akan sama-sama jadi Petugas Partai. Bedannya Pak Jokowi Petugasnya Bu Mega. Sedangkan Anies jadi Petugasnya Pak Bewok. Sementara sekarang ini baik Bu Mega dan Pak Bewok adalah Pendukung Utama Rezim Pak Jokowi.
Jadi Koalisi Perubahan, apanya yang berubah?
Oh, iya lupa. Yang berubah Bonekanya dan yang berubah Dalangnya, ha..ha..ha...!!!!
Saya mah Pilih Presiden yang jadj Petugas Rakyat aja. Tidak mungkin jadi Petugas Partai karena beliau Ketua Umum Partai Terbesar ke Dua di Negeri ini.
"Lah, Pak Prabowo aja, sekarang cuma Pembantu Presiden Petugas Partai bang?"
Kita berbicara Presiden tahun 2024. Kalau sekarang bukan cuma Pak Prabowo. Ente aja cuma rakyat dari Presiden yang jadi Petugas Partai. Makanya jangan salah pilih Presiden lagi di Pilpres 2024.
"Rakyat sih Rakyat bang. Tapi bukan menteri yang jadi Pembantu Presiden?"
"Hai markonah! Kembali ke Bumi. Daya khayalmu terlalu tinggi. Sehebat-hebatnya kamu yang jadi rakyat, ketemu Menteri ya kamu bukan siapa-siapa. Punya saudara Pengawal Menteri aja kamu sudah bangga. Di Negara Demokrasi acakadut seperti Indonesia ini, rakyat cuma pelengkap penderita"
"Jadi bagaimana dong bang?"
Fokus ke kesejateraan kita sebagai rakyat. Kita hanya bisa makmur kalau punya Presiden yang merdeka.
Sebaik-baiknya Presiden yang cuma Petugas Partai, tapi akan jauh lebih baik Presiden yang juga sekaligus Ketua Partai. Paling tidak semua kebijakannya tidak harus "melapor" dan wajib mendapat "restu" dari Ketua Partai yang mengusungnya.
Ngga capek apa punya Presiden yang cuma jadi Boneka....!
Prabowo aja deh.
(Azwar Siregar)
*fb 👇👇