[PORTAL-ISLAM.ID] Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sering dikoar-koarkan sebagai partai anak muda.
Namun, baru-baru ini pengamat gencar menyerangnya lantaran partai yang diketuai Giring Ganesha itu lebih gemar memuji istana.
Terkait hal itu, pengamat politik dan pakar hukum tata negara Refly Harun memberi komentar.
Ia menyebut PSI memiliki perbedaan dengan partai ‘baru’ lainnya. Katanya, PSI memiliki bohir yang tidak terlibat langsung di dalam partai.
“PSI ini bohirnya tidak ikut cawe-cawe,” ujar Refly.
Refly mengatakan, Jefri Giofani merupakan orang di balik pembentukan PSI. Ia adalah menantu dari mendiang mantan Jaksa Agung era Orde Baru, Singgih, S.H.
“Karena orang mengetahui bahwa yang banyak berperan dalam pembentukan PSI itu adalah Jefri Giofani, seorang menantu dari mantan jaksa agung singgih pada era Orde Baru,” terang Refly melalui podcast live di kanal YouTube pribadinya, dikutip Jumat (16/12/2022).
Jefri, dikatakan oleh Refly, sempat mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Barat pada Pilgub 2005. Namun langkahnya gagal setelah dimenangkan oleh Gamawan Fauzi.
Lantas kemudian ia beralih menjadi Anggota DPD RI, dan mengundurkan diri.
Setelah mengundurkan diri, Jefri Giofani terbang ke Singapura dan fokus menjalankan bisnis di sana.
“Sempat mencalonkan diri sebagai gubernur sumbar pada pemilihan gubernur 2005, yang dimenangkan oleh gamawan fauzi, kemudian menjadi anggota DPD lalu mengundurkan diri dan sekarang mengurus bisnis di Singapura,” beber Refly.
“Tidak banyak, tetapi Jefri termasuk yang diketahui membiayai partai ini, dia berperan besar membesut partai ini,” sambungnya.
Terlepas dari hal itu, Refly menilai PSI sebagai partai politik yang disebut-sebut beraliran semangat anak muda itu aneh.
“Ini partai anak muda, tapi gaya politiknya seperti parpol yang menang pemilu, yaitu yang seolah-olah menjadi partai pemerintah dan mewakili kepentingan pemerintah,” ungkapnya.
Hal itu yang barangkali menurutnya membuat orang-orang tidak tertarik menggandrungi PSI.
“Karena anak muda itu biasanya identik dengan pemberontakan, kritis, tapi ini justru lebih PDI dari PDIP,” ujar Refly.
“Dan selama kurang lebih lima tahun, kerjanya hanya mengkritik Anies Baswedan, baik langsung melalui organisasi, atau aktivis PSI yang bergabung di kanal YouTube,” lanjutnya. [KJ]