Oleh : Kang Jana Tèa
Tahun 2004 untuk pertama kali dilaksanakan Pilpres secara langsung menggantikan kebiasaan selama ini Presiden dipilih oleh MPR. Pilpres langsung dan dibatasi masa jabatannya maksimal dua periode atau 10 tahun merupakan hasil Amandemen UUD NRI 1945.
Sekedar mengingatkan kita semua, Pilpres 2004 diikuti oleh 5 pasangan : Megawati-Hasyim Muzadi, Wiranto-Gus Solah, SBY-JK, Amien Rais-Siswono Yudohusodo, Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Karena dalam putaran pertama tidak ada yg mendapatkan suara 50% plus satu, maka Pilpres masuk ke putaran kedua yg diikuti oleh Megawati-Hasyim Muzadi berhadapan dengan SBY-JK. Pilpres 2004 dimenangkan oleh SBY-JK.
Pada Pilpres 2004 SBY disebut sebagai antitesa Presiden Megawati, yg sebelumnya adalah Wapresnya Gus Dur. Pasca Gus Dur lengser, Megawati menjadi Presiden RI 2001-2004.
Pada Pilpres langsung yg kedua tahun 2009, SBY-Boediono berjaya dengan mengalahkan Megawati yg berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Pada tahun 2014 Joko Widodo (Jokowi) yg sebelumnya adalah Gubernur DKI Jakarta maju sebagai Capres berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) berhadapan dengan Prabowo Subianto yg berpasangan dengan Hatta Rajasa.
Kita masih ingat bahwa pada tahun 2012, Prabowo Subianto adalah orang yg sangat berjasa ketika mendukung Jokowi dan berhasil meyakinkan Megawati untuk mencalonkan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Tahun 2013-2014, Jokowi disebut-sebut dan dikampanyekan sebagai antitesa SBY.
Pada Pilpres 2014 Jokowi-JK berhasil mengalahkan Prabowo-Hatta Rajasa.
Selanjutnya pada Pilpres 2019, Jokowi sebagai petahana maju kembali sebagai Capres berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin. Kompetitornya juga sama, yaitu Prabowo Subianto yg kali ini berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Jokowi-Ma’ruf Amin berhasil memenangkan gelaran Pilpres ini.
Penulis sedikit banyak bermaksud memberi gambaran hal-hal positif masing-masing tokoh.
1. Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa disapa SBY adalah jenderal TNI AD, lulusan Akmil 1973. Pemegang Predikat Bintang Adhi Makayasa alias lulusan terbaik tahun 1973. Telah bertugas dalam berbagai medan penugasan dan terakhir lebih dikenal di dunia Sospol ABRI ketika menjadi Assospol dan kemudian Kassospol ABRI/TNI.
SBY dikenal sebagai jenderal pemikir dan menjadi salah satu Motor Reformasi TNI, memiliki pergaulan sangat luas dengan tokoh-tokoh intelektual Indonesia maupun mancanegara.
Saat menjadi Presiden, SBY lebih dikenal sebagai seorang konstitusionalis, artinya tunduk patuh pada aturan main konstitusi dan Undang-undang.
SBY selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan dan sangat rigid dengan berbagai pertimbangan. Orang lain terkadang melihatnya peragu, padahal hakikatnya sangat hati-hati dalam bertindak dengan banyak pertimbangan.
2. Joko Widodo atau lebih populer disapa Jokowi seorang pengusaha mebel asal Solo yang sukses menjadi Walikota Solo selama dua periode. Dikenal dekat dengan rakyat kebanyakan sehingga sukses menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 2012.
Sewaktu menjadi mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi aktif di kegiatan Pecinta Alam. Aktifitas tersebut di masa depan cukup memberi pengaruh atas perjalanan kehidupannya.
Jokowi dikenal dengan mottonya yaitu kerja, kerja, kerja, yang menjadi semacam pedomannya dalam mengambil keputusan.
Sejak menjadi Presiden tahun 2014 sampai dengan saat ini, Jokowi dengan semboyannya tadi banyak sekali membuat keputusan dan terobosan yang terkesan “punya nyali besar”.
Terkadang banyak yang salah paham, Jokowi disebut sebagai orang yang kurang membuat perhitungan atau kurang punya argumentasi dalam keputusan-keputusannya. Padahal sebagai pengusaha, kecepatan pengambilan keputusan seringkali menjadi kunci keberhasilan.
3. Anies Rasyid Baswedan atau biasa disapa Anies atau Anies Baswedan, adalah seorang aktifis mahasiswa UGM yang melanjutkan kuliah S2 dan S3 di Amerika Serikat.
Pada Pilpres 2014, Anies Baswedan menjadi Juru Bicara pasangan Jokowi-JK. Kemudian menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014-2016.
Pada tahun 2017, dengan dukungan Prabowo Subianto (Gerindra) dan PKS, Anies Baswedan berpasangan dengan Sandiaga Uno maju di Pilkada DKI Jakarta yg mereka menangkan melalui dua putaran setelah mengalahkan pasangan Ahok-Djarot.
Selama 5 tahun memimpin Jakarta, Anies Baswedan terkenal karena memperkenalkan model baru dalam pengambilan keputusan, yaitu : Gagasan, Narasi dan Karya. Maksudnya semua kebijakan di Jakarta dilakukan dengan memulai dari gagasan, dilanjutkan dengan narasi dan diwujudkan dalam bentuk karya.
Anies Baswedan sukses besar dalam memimpin Jakarta dengan menuntaskan 23 janji politiknya sewaktu kampanye 2017. Tingkat kepuasan masyarakat Jakarta sangat tinggi, di atas angka 70% dan dalam survei-survei terakhir, elektabilitasnya di Jakarta untuk Pilpres 2024 lebih kurang 50%.
Menjelang Pilpres 2024, Anies Baswedan pada 3 Oktober 2022 telah dideklarasikan oleh Nasdem sebagai Capres. Rencananya pada akhir 2022 atau awal 2023, Anies Baswedan akan dideklarasikan sebagai Capres dari Poros/Koalisi Perubahan yg terdiri dari Nasdem, Demokrat dan PKS.
Saat ini banyak pihak yg menempatkan Anies Baswedan sebagai antitesa Jokowi.
Perihal tesa dan anitesa ini belakangan menjadi fenomena yang menarik.
Dulu ketika SBY disebut sebagai antitesa Megawati masyarakat adem ayem saja. Demikian juga ketika para pendukung Jokowi tahun 2014 menyebutkan bahwa Jokowi adalah antitesa SBY.
Akan tetapi lain halnya dengan Anies Baswedan. Ketika disebut sebagai antitesa Jokowi, banyak pihak yang “meradang” khususnya dari para pendukung Jokowi beserta para buzzernya.
Penulis ingin melihat dalam kerangka waktu yang lebih panjang dengan melihat perbawaan dan karya dari ketiga tokoh dalam judul tulisan di atas.
Sebagai orang yang memulai Pilpres langsung, mungkin lebih tepat kita sebut SBY sebagai “tesa”. Sedangkan Jokowi sebagai “antitesa”.
Bagaimana dengan Anies Baswedan.? Kalau melihat cara-cara kerja serta pembawaan SBY dan Jokowi, maka Anies Baswedan lebih tepat disebut sebagai “sintesa”.
Cara kerja dan pembawaan Anies Baswedan dengan motto Gagasan, Narasi dan Karya memiliki isi dan muatan sebagaimana pada SBY dan Jokowi tetapi Anies Baswedan mampu mengisi ruang-ruang kosong yg tidak diisi atau ditinggalkan oleh SBY maupun Jokowi.
Ibarat kata, insya Allah Anies Baswedan akan menjadi pelengkap terhadap apa-apa yang kurang dari SBY dan Jokowi serta akan meningkatkan pencapaian yg telah ditorehkan oleh SBY dan Jokowi.
Allahu a’lam.