Posisi geografis Singapura yang strategis diantara selat Malaka dan selatan Laut Cina Selatan adalah modal utama sumber kekayaan negara itu namun hal tersebut masih belum afdol bila belum menguasai Kepulauan Riau (Batam, Tanjung Pinang dll) karena dari situlah gugusan pulau-pulau strategis sepanjang Selat Malaka bermula.
Maka ketika Habibie menjadi presiden pimpinan Singapura Le Kwan Yew menyampaikan keinginan untuk membeli hak kelola Kepri selama 100 tahun (seperti Hong Kong yang dikontrak Inggris dari China) dibayar dengan cara pengurangan nilai utang selama rezim orde baru Soeharto kepada Singapura yang nilainya fantastis.
Namun presiden Habibie menolak dengan alasan ia tak mungkin mengkhianati amanat kedua gurunya yaitu Soekarno dan Soeharto yang menginginkan wilayah Kepulauan Riau terus dikembangkan hingga menjadi kawasan perdagangan dan industri yang memiliki nilai strategis untuk mengimbangi Singapura.
Soeharto guru politik Habibie yang berkawan baik dengan Mr. Lew. Walaupun ia menumpuk hutang negara sangat besar termasuk dari Singapura namun ia tetap menyimpan mimpi ini buat Indonesia disuatu hari kelak.
Sedang Soekarno sang revolusioner yang dikenal sangat membenci Mr. Lew dan berniat memasukan Singapura kedalam wilayah RI (puncaknya saat ia mengirimkan misi KKO/Marinir meledakan instalasi strategis Singapura) adalah orang pertama yang melihat potensi Habibie muda dan menyekolahkannya ke Jerman Barat.
Tidak mungkin bagi Habibie mengkhianati mimpi kedua panutannya itu.
Sayang ketiganya kini telah tiada.
(Budi Saks)