LUHUT DAN MITOS INVESTASI ASING
Oleh: Farid Gaban (Ekspedisi Indonesia Baru)
Menteri Investasi Luhut Panjaitan, tangan kanan Presiden Jokowi, pekan ini menyatakan siap pasang badan untuk membela investasi asing.
Luhut bahkan bersumpah akan mem-buldozer siapa saja yang mempersulit investasi.
Bagi Luhut, pensiunan tentara, soal investasi adalah soal hidup-mati.
"To kill or to be killed," kata dia.
Pernyataan Luhut ini, menurut saya, sangat berbahaya.
Yang paling dekat, itu akan menjadi pembenaran bagi para aparat negara, khususnya polisi dan tentara, untuk menindas suara protes terhadap dampak investasi.
Pernyataan itu juga memperkuat ancaman sebelumnya oleh Presiden Jokowi sendiri yang mengatakan akan mencopot kapolda yang tidak mendukung investasi.
Dalam jangka pendek, dampak pernyataan-pernyataan seperti itu akan mempersempit ruang partisipasi dan aspirasi publik. Akan memberangus demokrasi lebih jauh sekaligus menyeret kita kembali ke era Orde Baru sepenuhnya.
Dalam jangka panjang, baik pernyataan Luhut maupun Jokowi, punya bahaya yang lebih mendalam dan merusak dalam cara pikir publik maupun penyelenggara pemerintahan.
Pernyataan mereka mendorong kita untuk menyembah investasi (asing) secara berlebihan, seolah itu niscaya bagi kesejahteraan negeri ini.
Studi kritis terhadap dampak investasi asing sudah banyak dilakukan. Berkebalikan dari anggapan umum, investasi bisa merusak negara dan bangsa.
Investasi akan mendorong ketergantungan. Di lain pihak, untuk memikat investasi pemerintah melonggarkan aturan perlindungan alam dan sosial. Bencana lingkungan dan krisis sosial potensial mengancam.
Saya menyarankan agar Pak Luhut serta para menteri untuk membaca kajian empiris di bawah ini, tentang dampak investasi, sebelum memaksa publik menyembah investasi.
The FDI mantra is based on an economic myth
In search of FDI-led growth in developing countries