[PORTAL-ISLAM.ID] Selama 13 abad, dari satu generasi ke generasi berikutnya, jubah dari Nabi tercinta ﷺ yang diberikan sebagai hadiah kepada Tabi'in yang mulia, 'Uwais al-Qarnī telah dijaga oleh keturunannya hingga hari ini.
Uwais al-Qarni, seorang penduduk asli Yaman, melakukan perjalanan ke Madinah untuk melihat Nabi Muhammad pada abad ketujuh tetapi harus kembali ke Yaman karena penyakit ibunya. Uwais tidak sempat melihat nabi.
Terkesan dengan kisahnya tentang bakti ke orang tua, nabi menghadiahkan jubahnya kepada al-Qarni melalui para sahabat dan dia menerima pakaian itu di Yaman.
Kemudian al-Qarni meninggal sekitar 24 tahun setelah wafatnya nabi. Al-Qarni berperang di tentara Muslim selama masa Khalifah Ali. Al-Qarni tidak memiliki anak dan peninggalan itu diturunkan kepada saudaranya dan masih dalam perlindungan keluarga yang sama.
Keluarga al-Qarni tinggal di Anatolia selatan selama berabad-abad. Namun, mereka kemudian bermigrasi ke Kuşadas di wilayah Aegea. Pada abad ke-17, Sultan Ottoman Ahmet I meminta mereka untuk membawa jubah Nabi ke Istanbul. Setelah jubah dibawa ke Istanbul, dibuat dua kunci, satu untuk sultan dan satu untuk keluarga al-Qarni, untuk kotak terkunci tempat jubah itu dipajang.
Istanbul menampung sebagian besar peninggalan Nabi di Istana Topkapi sejak penaklukan Sultan Selim atas Mesir pada abad ke-16. Di mana ia menyita barang-barang nabi yang saat itu berada dalam pengawasan kekhalifahan Mamluk, bersama dengan kendali kekhalifahan global umat Islam. Di antaranya adalah panji perang dari zaman kenabian, gigi nabi dan rambut dari janggut nabi serta sandal dan mangkok yang digunakannya.
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ