Fenomena Anies Baswedan
Oleh: Ust. Fathuddin Ja'far
Semua daerah yang dikunjungi calon Capres Nasdem, Anies Baswedan, termasuk Papua yang tidak diperhitungkan banyak pengamat politik dan sosial, dihadiri puluhan ribu masyarakat. Padahal Pilpres masih jauh.
Ini jelas sebuah fenomena yang sangat luar biasa dan belum pernah terjadi selama 77 Indonesia merdeka di mana seorang masyarakat biasa, hanya seorang mantan Gubernur mendapat sambutan luar biasa di mana-mana.
Indonesia sudah memiliki 6 presiden dengan Jokowi sekarang, belum pernah mendapat antusias masyarakat seperti Anies Baswedan saat berkunjung ke daerah.
Begitu pula dengan ketua partai-partai besar seperti Golkar dan PDIP misalanya, saat berkunjung ke daerah pemilihannya tidak mendapat sambutan semeriah Anies Baswedan. Bahkan ketua dan petinggi Nasdem sendiri ketika kunjungan ke kantong-kantong pemasok suara terbesar ke partai mereka tidak mendapat sambutan seperti kunjungan Anies Baswedan beberapa minggu belakangan. Bahkan kunjungannya ke Sulsel dihadiri lautan manusia. Harus diakui Surya Paloh dan para pimpinan Nasdem lebih tajam penciuman politiknya di banding partai lain
Sampai saat ini, hanya peristiwa 212 yang belum tertandingi oleh kunjungan Anies Baswedan. Dan tidak mustahil jika Anies buat acara yang sama di Jakarta bisa jadi sama deng 212.
Fenomena ini mengisyaratkan beberapa hal penting berikut:
1. Mayoritas masyarakat sudah muak dengan situasi politik, ekonomi dan sosial yang hancur-hancuran di negeri ini, khususnya sejak 8 tahun masa kepemimpinan Jokowi. Sampai-sampai seorang Bupati Meranti di Riau bicara sangat keras saking tidak tahannya melihat kenyataan dan kezaliman pemerintah pusat atas daerah yang dia pimpin.
2. Anies Baswedan adalah pribadi yang menjadi harapan masyarakat yang paham dan menginginkan perubahan agar dapat keluar dari krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 yang mengakibatkan robohnya Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun yang penuh KKN.
3. Masyarakat sudah pintar dan jeli melihat sumber-sumber kekacauan, kemunduran dan kerusakan negeri ini, apakah itu partai-partai politik, lembaga-lembaga tinggi negara seperti, eksekutif, legislatif maupun yudikatif dan bahkan pemimpin tertinggi negara sekalipun.
Artinya, masyarakat sudah kehilangan kepercayaan kepada negara ini dengan segala instrumen dan institusinya. Tentu termasuk para tokoh dan pemimpinnya, tak terkecuali kepada pemimpin dan para petingginya.
Dalam kondisi seperti itu, masyarakat melihat ada secercah harapan pada Anies Baswedan yang independen dan bukan berasal dari partai tertentu, diyakini mampu melakukan perubahan dan perbaikan negeri yang sedang carut marut ini.
Alasan harapan masyarakat terebut ialah mereka melihat kemampuan Anies Baswedan dalam memimpin Ibu Kota DKI Jakarta selama 5 (satu periode). Dalam waktu yang singkat itu, Anies Baswedan berhasil membenahi aspek penataan kota dan sosialnya secara apik dan baik, jauh melebihi apa yang dikerjakan pemimpin-pemimpin sebelumnya sejak puluhan tahun yang lalu.
Begitu pula dengan para pemimpin daerah (tingkat Propinsi dan Kota/Kabupaten) selama masa reformasi yang sudah berusia 24 tahun, masyarakat belum melihat track record mereka yang signifikan kendati ada yang menjabat 10 tahun (2 periode) berturut-turut. Yang umum terlihat adalah mereka yang terciduk KPK karena melakukan penyakit akut jabatan bernama korupsi.
Penulis tahu betul situasi dan perkembangan Jakarta sejak pertama kali menginjakkan kaki di Ibu Kota pada Desember 1982 sampai detik ini, persis 4 tahun lalu. Harus diakui, setelah dipimpin Anies Baswedan hanya 5 tahun, Jakarta memang sangat berbeda. Kendati pihak-pihak lawan politik Anies tidak mau mengakuinya, dan mungkin juga orang-orang partai banyak yang tidak menerimanya karena Anies bukan berasal dari partai mereka.
Kenapa Anies Baswedan mampu melakukan semua itu? Jawabannya tidak lain karena Anies Baswedan tidak korupsi, punya niat yang tulus membangun negeri serta memiliki wawasan terkait konsep pembangunan dan pengembangan suatu wilayah berdasarkan kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang.
Penulis ingat pertanyaan seorang awak media Eropa kepada Presiden Turki Erdogan tahun 2018 saat tinggal di sana : Apa yang menyebabkan Anda dan pejabat negeri Anda mampu membangun Turki sehingga menjadi negara yanga sangat maju melebihi negara-negara Eropa hanya dalam waktu 16 tahun? Jawaban Erdogan saat itu sangat singkat : Kami tidak korupsi.
Nah, Pemilu dan Pilpres (Pemilu serentak) di Indonesia masih lama. Menurut jadwalnya akan dilaksanakan pada 26 Juni 2024. Masih sekitar 19 bulan lagi.
Dalan Islam, masa depan itu, kendati hanya satu detik, termasuk hal yang ghaib. Hanya Allah yang Tahu apa yang akan terjadi di masa yang kan datang.
Sebab itu, semua kemungkinan bisa terjadi, karena dunia poltik saat ini sangat keras, tidak ada hukum dan aturan yang pasti karena bandit-bandit politik sedang mendominasi. Pemilu 2019 adalah bukti nyata. Dan Pemilu 2024 diprediksi bisa jauh lebih sadis lagi.
Bisa saja dalam waktu 19 bulan ke depan hukum rimba yang terjadi. Semoga Allah lindungi negeri ini sehingga tidak terbukti.
Semoga Nasdem dan semua pendukung Anies Baswedan memahaminya dan telah menyiapkan scheme 1, 2, 3 dan seterusnya, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Akhirnya, hanya Allah tempat kita meminta dan perlindungan serta hanya kepada-Nya kita berserah diri.
(*)