SURABAYA tiba-tiba dikejutkan munculnya banyak gangster dan hampir merata menyebar di seluruh kota.
Mengapa kota yang katanya 'damai' tiba-tiba jadi darurat gangster?
Ironisnya pelakunya mayoritas masih remaja alias anak-anak di bawah umur (secara UU disebut anak bila kurang dari 18 tahun).
Kita tidak bisa lepas tanggung jawab atas munculnya banyak gangster di Surabaya. Meski kesannya tiba-tiba tentunya realitanya tidak mungkin tiba-tiba karena itu proses perubahan sosial, yang ada sebab akibatnya. Apa yang diperbuat seorang anak adalah hasil dari pola asuh dan pola didik orang tua/keluarga, sekolah, dan lingkungan.
Anak nakal hari ini adalah hasil dari kesalahan pola asuh dan pola didik sebelumnya. Menghukum anak tanpa membenahi kesalahan yang bertanggung jawab dalam pola asuh dan pola didik anak hanya penyelesaian sesaat, yang masih akan berpotensi muncul dan lebih parah.
Munculnya gangster remaja di Surabaya adalah tamparan bagi para orang tua, pendidik, dan pemerintah atas gagalnya sistem pendidikan di Surabaya. Kenakalan mereka bukan lagi bersifat individual tetapi sudah berkelompok. Dulu sering terjadi tawuran antar sekolah sekarang menjadi tawuran antar gangster.
Masalah gangster remaja bukan hanya anak-anak tersebut yang harus dibina melainkan juga orang tua, guru/pendidik, dan lingkungan juga harus dibina dan dibenahi.
Kondisi saat ini juga harus menjadi tamparan keras bagi para tokoh agama dan para aktivis yang sok merasa Surabaya baik-baik saja, Surabaya sudah damai tidak perlu hijrah-hijrahan. Faktanya Surabaya saat ini Darurat Gangster!!!
Pemerintah dan Kepolisian Kota Surabaya yang kemarin melarang adanya giat Hijrah Fest yang jelas-jelas mengajak komunitas muda untuk menjadi insan yang lebih baik sekarang dipermalukan dengan munculnya gangster remaja... Masihkah bisa bicara bahwa Kota ini sudah damai???
(Oleh: Mila Machmudah Djamhari)