PERJALANAN PANJANG MAROKO
Oleh: Fitriyan Zamzami (Wartawan Republika)
Kita orang percaya semua hal terjadi karena ijin Allah, tapi jangan tutup mata juga bahwa capaian Maroko pada Piala Dunia 2022 kali ini bukan datang dari ruang kosong. Ia adalah ujung dari ikhtiar dan kerja keras yang panjang.
Pada 2009, Kerajaan Maroko (Al-Mamlakah al-Maghribiyah/ المملكة المغربية) mendukung penuh pendirian Kompleks Sepakbola Muhammad VI. Ada delapan lapangan sepak bola berstandar FIFA pada kompleks tersebut. Lengkap dengan empat hotel berbintang lima, dan fasilitas kebugaran dan kesehatan yang sangat modern. Salah satu lapangan dalam ruangannya bahkan memiliki pengatur iklim sendiri.
Tujuannya utamanya tentu pembinaan usia muda yang serius. Yang disasar, pemuda-pemuda dari wilayah-wilayah tertinggal di Maroko. Pemain belakang tangguh Nayef Aguerd yang kemudian bermain di West Ham United di Liga Premier; serta Youssef En-Nesyri, penyerang klub Sevilla sekaligus pencetak gol kemenangan atas Portugal; adalah jebolan program tersebut.
Kurikulum olahraga di sekolah-sekolah juga dirombak. Tak hanya lelaki, pesepakbola perempuan di Maroko juga dibina. Saat ini, Maroko satu-satunya di dunia yang memiliki liga profesional perempuan dengan dua divisi.
Pada 2013, Fouzi Lekjaa, mantan Menteri Keuangan, ditunjuk jadi ketua PSSI-nya Maroko. Ia kemudian bekerja dengan misi utama membenahi struktur kompetisi lokal. Pelatih Maroko Walid Regragui yang kini terbukti sebagai salah satu jenius taktik sepakbola itu adalah jebolan kompetisi lokal. Ia memulai karir melatih di klub FUS yang bermarkas di Rabat, kemudian ke Qatar sebentar lalu menyeberang ke Casablanca untuk mengasuh Al Wydad.
Sejak transformasi, klub-klub Maroko langganan juara piala antarklub di Afrika. Sudah dua tahun belakangan, klub Maroko merajai Kejuaraan Negara-negara Afrika yang hanya boleh diikuti pemain lokal. Sementara tahun ini, Al Wydad menjuarai Liga Champions Afrika. Klub Maroko juga menjuarai Piala Konfederasi Afrika, Piala Super Afrika, dan Liga Champions Perempuan Afrika.
Sementara talenta-talenta keturunan Maroko yang lahir di mancanegara juga berhasil dijaring. Bukan asal comot setelah jadi, para pemain ini dipantau sejak remaja agar tak membela timnas tempat kelahiran setelah melewati usia 18 tahun. Dalam tim di Piala Dunia 2022 ini, ada 14 pemain yang lahir di luar negeri namun memilih membela tanah leluhur mereka. Diantaranya Hakim Ziyech (Chelsea - Liga Inggris) dan Sofyan Amrabat (Fiorentina - Liga Italia) yang lahir di Belanda, Achraf Hakimi (PSG - Liga Prancis) dari Spanyol, juga Yassine Bounou (Sevilla - Liga Spanyol) dari Kanada.
Dengan infrastruktur sepakbola yang demikian kuatlah Timnas Maroko kemudian dibentuk. Pemerintahnya mendukung penuh, ketua federasinya bukan asal comot dan punya visi yang jelas, pesepakbola dari daerah tertinggal diberdayakan, kompetisi lokalnya dibenahi dan dikuatkan, program naturalisasi juga tak asal-asalan.
Lalu bayangkan bagaimana nanti anak-anak yang lahir dari pesepakbola-pesepakbola profesional perempuan dididik sejak dini betul di rumah mereka masing-masing. Federasi sepakbola Maroko secara praktis menyebar sekolah sepakbola ke rumah-rumah di Maroko.
Pencapaian Maroko pada Piala Dunia ini sama sekali bukan kebetulan. Mereka adalah kaum yang mengubah nasib mereka sendiri.
Gol spektakuler Nassery ke gawang Portugal. Rekor lompatan tertinggi dlm sejarah piala dunia. pic.twitter.com/s00vtxsl41
— Haji Umar Hasibuan (@umarhasibuan751) December 11, 2022
Peter Drury 🎙️ pic.twitter.com/sH2Q8vpAjZ
— Extra Time Indonesia (@idextratime) December 11, 2022