BELAJAR JUJUR PADA PENJUAL MARTABAK
Sekitar tahun 2005 saya membeli martabak di jalan ini, harganya 15 ribu, uang saya 20 ribu.
"Waduh mas, ini saya belum ada kembalian je.. besok sore kalau lewat sini mampir ya mas" kata yang jual.
"Aman pak, besok saja gakpapa.." motor langsung saya gas pulang.
Sebulan lebih berlalu, saya malah lupa ninggal uang 5ribu disana. Sepulang jualan saya mampir beli martabak lagi.
"Eh mas.. kemana saja, saya tungguin gak pernah kesini.. masih ada ninggal 5000 kan disini.. " katanya, masih ingat wajah saya.
Selesai martabak dibuatkan saya bayar dengan uang pecahan besar, dikurangi uang 5000 saya bulan lalu. Ketika uang kembalian diterima saya itung ulang..
"Lho sekarang malah kembaliannya lebih 2000, nih pak tak kembalikan..."
Entah siapa yang memulai, saya dan penjual martabak itu tertawa bareng.. seolah kami senasib, hati gak tenang kalau bawa uang yang bukan hak kami, walau hanya seribu-dua ribu yang dianggap gak berarti..
Hari itu saya belajar, kejujuran itu muahal harganya! Saking mahalnya gak semua orang mampu membelinya.
Salam..
(Saptuari Sugiharto)