Oleh : Kang Jana Tea
Dalam tulisan sebelumnya tentang “Senjakala Para Buzzer“, penulis menyampaikan para buzzer yang mencari uang dan kedudukan dengan cara mengadu domba sesama anak bangsa memang sudah waktunya untuk ditamatkan.
Kita semua harus bertekad untuk mengakhiri politik adu domba, politik pecah belah. Sebagai sesama anak bangsa kita harus bersinergi dan berkolaborasi memajukan Indonesia dalam kompetisi global yang semakin sulit dan kompleks.
Sambutan luar biasa dari masyarakat di semua tempat yang dikunjungi oleh Anies Baswedan membuat berbagai pihak khususnya para kompetitor merasa ketar ketir. Upaya menghambat dan menghalangi dilakukan secara terbuka maupun tertutup.
Pengerahan buzzer semakin intensif, padahal kerusakan yang mereka timbulkan sangatlah besar yaitu hilangnya rasa persatuan dan kesatuan, kebersamaan, keakraban serta kekeluargaan sesama anak bangsa. Luka-luka batin yang timbul memerlukan waktu lama untuk memperbaikinya.
Anies Baswedan dengan penuh kesadaran dan percaya diri mengajak semua pendukungnya untuk berbuat baik. Melarang mereka menyebarkan hoax, fitnah dan merendahkan siapa pun.
Anies Baswedan mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk melihat dan memberikan apresiasi kepada siapa pun atas rekam jejaknya, atas prestasi yang telah ditorehkan. Bukan framing apalagi fitnah.
Terhadap pertanyaan pada judul di atas, beberapa alasan berikut bisa jadi jawabannya
Pertama, sebagai aktifis sejak usia muda, Anies Baswedan telah terlatih menghadapi situasi paling buruk dan berhasil mengatasinya dengan baik. Modal sukses ini menjadi salah satu bekal utama dalam menghadapi turbulensi saat ini dan di masa datang.
Kedua, sebagai intelektual berkelas dunia, Anies Baswedan tidak akan terjebak dalam perbincangan yang “ecek-ecek” dan “berkelas rendah” yang berisi fitnah serta kebohongan. Dia akan terus fokus pada cita-cita dan keyakinannya tentang apa yang dilakukan dan apa yang direncanakannya di masa depan.
Ketiga, sebagai orang Islam, Anies Baswedan memiliki dasar keyakinan bahwa jabatan dan kekuasaan adalah milik Allah SWT.
Manusia sekedar menjalaninya untuk kelak dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Bahwa pertanggungjawaban dan ridha Allah SWT merupakan puncak dan muara dari semua hal yang dikerjakan.
Disamping itu sebagai muslim Anies Baswedan sangat paham dengan hadits Rasulullah Muhammad saw bahwa doa orang-orang yang teraniaya akan makbul. Allah SWT pasti akan mengabulkannya.
Oleh karena itu, Anies Baswedan akan sangat takut melakukan sesuatu yang dzalim dan mendzalimi orang lain serta tidak akan pernah khawatir apabila didzalimi orang lain termasuk oleh para buzzer.
Keempat, sebagai cucu Perintis dan Pejuang Kemerdekaan serta anak dari orangtua berlatar belakang guru dan pendidik, Anies Baswedan tahu persis apa arti hukum sejarah. Dia akan terus menjaga, memelihara, menghidupkan dan menempatkan warisan darah perjuangan dalam diri dan keluarga besarnya.
Kelima, kiat lainnya adalah sampaikan salam, assalamu’alaikum, yaitu doa keselamatan bagi yang dituju dengan ucapan tsb. Dalam tradisi Islam apabila kita diberi ucapan salam, maka kita wajib menjawabnya dengan ucapan salam yang lebih banyak/lengkap.
Mengucap/menyebarkan salam juga merupakan amanat Rasulullah Muhammad saw. Beliau memerintahkan kita semua untuk menyebarluaskan salam alias damai dan kedamaian.
Oleh karena itu, Anies Baswedan memiliki motto dalam hidupnya, antara lain :
“Tidak Terbang karena Dipuji dan Tidak Tumbang karena Dicaci”
“Jangan khawatir dengan omongan orang hari Ini tetapi takutlah dengan sejarah yang akan ditulis di masa depan”
Dengan demikian kita dapat melihat dan menjadi saksi bahwa ulah para buzzer ini tidak punya pengaruh apa pun pada diri Anies Baswedan. Para buzzer ini menghadapi tembok yang kokoh, kuat dan tidak bisa ditembus.
Insya Allah..
Aamiin.!
Allahu a’lam