[PORTAL-ISLAM.ID] Tradisi menjelang Natal dan Tahun Baru di Indonesia sangat unik. Umat Islam di Indonesia selalu diprovokasi oleh buzzer. Yg punya hajatan siapa. Yg ribut-ribut siapa.
Provokasi seperti ini tidak terjadi dengan sendirinya. Selalu by design. Dimotori sekelompok orang yg KTP-nya muslim, tapi suka kampanye, provokasi dan seret umat Islam dalam perpecahan. Seolah menjadi profesi rutin mereka di setiap tahunnya.
Kata mereka: atas nama toleransi, ngucapin selamat dan ikut rayakan Natal-tahun baru boleh-boleh saja. Ikut merayakan juga boleh. Kalau ada yg mengkafirkan, gampang. Tinggal ngucap syahadat, kembali jadi muslim lagi.
Segampang itu coba. Ga tau pendapat ulama mana yg mereka ikuti. Sehingga begitu gampangnya mereka menggampangkan urusan akidah. Agama jadi mainan, olok-olokan.
Heran. Di saat mereka sibuk memprovokasi, memaksa umat Islam ngucapin dan ikut merayakan natal-tahun baru, umat kristen sendiri, anteng aja. Ga ada seruan gereja yg maksa orang Islam ngucapin dan ikut rayakan natal-tahun baru secara terbuka.
Umat kristen dan gereja juga nyaman-nyaman saja dengan sikap sebagian besar umat Islam yg ga ngucapin selamat dan ikut rayakan hari raya mereka.
Mereka tetap mau berkawan, bertetangga, bersosialisasi, bermitra hidup dengan orang Islam seperti biasanya.
Sebagian umat Islam juga udah ngerti, tentang batas toleransi hidup beragama dalam konteks pelaksanaan hari besar agama lain. Ga ngucapin selamat, bukan berarti orang Islam memusuhi umat kristen. Ga ikut rayakan bukan bermakna muslim akan usil ngeganggu mereka.
Tidak mengucapkan selamat natal dan tahun baru, orang Islam tetap menghargai, memberi umat kristen ruang dan waktu untuk merayakan hari besar mereka. Orang Islam ga mengganggu, ga halangin, ga perangi. Justru Itulah makna toleransi sesungguhnya.
(Faisal Lohy)
***
Siti Maratyana:
Keluarga saya sebagian Nasrani, bergaul baik dengan mereka, tidak mengucap ataupun ikut campur pada acara mereka bukanlah masalah. Pun sebaliknya, kita memang tidak akan pernah bersatu tentang Akidah, tetapi kita masih berdampingan sebagai keluarga sesama manusia.
Argument orang-orang yang "mengaku" Islamlah, yang membuat mereka di tertawakan, bahkan Islam yang indah ini dirusak sendiri oleh orang seperti mereka.