Pekan ini, pasangan Prabowo-Ganjar menyeruak. Tak sedikit yang beropini, bila pasangan ini terwujud, Pilpres sudah selesai.
Opini seperti itu beralasan. Tapi, kadang, opini seperti itu pula menandakan pasangan itu tak mudah terwujud alias teramat sulit.
Di Pilgub Sumbar, misalnya. Pernah muncul pasangan Mulyadi-Nasrul Abit. Banyak yang beropini, bila terwujud, Pilgub Sumbar selesai.
Dengan siapapun Mahyeldi berpasangan saat itu, diprediksi akan kalah. Otomatis, dominasi PKS di Sumbar, dua periode berlalu, akan jatuh.
Tapi, apakah pasangan itu terwujud? Tidak. Sebabnya, siapa nomor satu, siapa nomor dua tak bertemu. Masing-masing ingin nomor satu.
Akibatnya, sama-sama kalah. Kira-kira, begitu juga dengan rumor pasangan Prabowo-Ganjar. Siapa nomor satu dan dua, serba tak mudah.
Ditambah, bagaimana PDIP? Apa sudah pasti mengusung Ganjar? PKB, apa turut serta saja? Bukan berarti pula, Anies bakal melenggang.
Toh, partai pengusung Anies juga belum jelas. Malah, makin ke sini makin kabur. Apalagi bicara soal pasangan.
Pilpres selesai dengan pasangan tertentu, hanya opini sebatas opini.
(Oleh: Erizal)