Pak Paloh, Tinggalkan Saja PKS!
PKS menolak ajakan Nasdem untuk mendeklarasikan pencalonan Anies Baswedan sebagai Capres 2024, pada 10 November nanti.
Menurut Muhammad Kholid yang disebut sebagai juru bicara PKS, hingga saat ini mereka masih memperjuangkan Ahmad Heryawan sebagai Cawapres untuk mendampingi Anies.
Aher menurut Kholid, adalah kader PKS terbaik. Mempunyai banyak pengalaman di Pemerintahan, pernah menjadi Gubernur Jawa Barat selama dua periode. Sehingga karenanya layak untuk mendampingi Anies.
Ada banyak alasan subyektif PKS yang disampaikan Muhammad Kholid, sebagaimana yang dikutip oleh oleh Warta Ekonomi. Tapi satu hal yang menarik, ia menyebutkan bahwa PKS ingin membahasnya secara rasional dan objektif dengan mengedepankan rasa kebersamaan, kepentingan Bangsa lebih tinggi di atas parpol.
Kepentingan Bangsa lebih tinggi daripada kepentingan Parpol. Pernyataan ini yang harus digarisbawahi dari PKS. Seriuskah mereka ingin berbuat untuk kepentingan Bangsa?
Memaksakan Ahmad Heryawan untuk menjadi Cawapres Anies Baswedan, tanpa mempertimbangkan realitas politik ketepatan pasangan ini, sungguh PKS sekedar ingin ikut rame aja, agar elektabilitasnya tetap terjaga.
Dengan Aher menjadi Cawapres Anies, itu akan menjadi cantolan PKS agar pendukung Anies memilih PKS pada Pileg nanti. Mereka tidak peduli, apakah Anies - Aher akan menang atau tidak, sebab tujuannya sekedar menjaga eksistensi partai.
Tanpa mengabaikan bahwa Aher pernah jadi Gubernur Jawa Barat selama dua periode, tapi keterpilihan Aher kala itu tak lepas dari popularitas Dede Yusuf pada periode pertama dan popularitas Deddy Mizwar pada periode ke dua.
Kalau bukan karena Demiz dan Deyus, PKS tidak akan pernah bisa memenangkan Aher di Jawa Barat!
Aher mau dibawa ke Nasional, berat, Bos!
Orang luar Jawa Barat selain kader PKS, nyaris tidak kenal Ahmad Heryawan. Aher tidak pernah menduduki jabatan strategis di Pusat. Tidak pernah juga menjadi pimpinan teras di partai, selain jabatan-jabatan partai yang hanya populer di internal PKS saja.
Aher juga nyaris tidak pernah tampil di Televisi pada perbincangan strategis Bangsa, bersama tokoh-tokoh lainnya. Tidak pernah berkunjung ke daerah, selain menyambangi kader PKS.
Dari semua realitas di atas, kalau PKS masih ngotot mengajukan Aher, hanya akan mengkerdilkan Anies Baswedan sebagai Capres potensial.
Lebih jauh lagi, itu akan semakin menarik Anies ke kanan, sebagai representasi Islamis, yang memang direpresentasikan PKS sebagai partai Islam, partai dakwah yang sudah diketahui banyak orang, adalah bagian dari Ikhwanul Muslimin.
Jadi sesungguhnya yang diperlukan Anies Baswedan atau Nasdem saat ini dari PKS, adalah sebagai penggenap kursi atau suara hasil Pileg yang lalu, sebagai syarat pengajuan Capres - Cawapres.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Presidential Threshold Pilpres 2024 adalah 20% kursi DPR saat ini atau 25% raihan suara pada Pileg 2019 yang lalu. Sehingga karenanya gabungan kursi atau suara Nasdem dan Demokrat tidaklah cukup syarat untuk mengajukan Capres-cawapres.
Tapi Pilpres masih lama. Seluruh dinamika politik akan terus terjadi. Ada banyak partai yang saat ini tergabung dalam koalisi Pemerintah, masih takut bersikap berbeda dengan PDIP, tersebab tidak mau ditendang dari koalisi.
PAN masih dinamis, PPP sangat mungkin akan ke Anies. Ada Golkar, partai besar yang menjadi pemenang ke dua pada Pileg 2019.
Maka, kalau saya jadi Surya Paloh, tinggalkan saja PKS. Karena pada akhirnya partai ini tetap akan mendukung Anies Baswedan, dengan siapapun Anies berpasangan.
Sebab para pemilih PKS pada Pileg yang lalu, nyaris semuanya adalah pendukung Anies Baswedan. Maka kalau PKS tidak mendukung Anies, hanya karena Aher tidak dipilih menjadi Cawapres, sesungguhnya PKS sedang menggali kuburnya sendiri!
(Oleh: Abrar Rifai)
*fb penulis