Nama ilmiahnya Catopsilia pomona. Orang kita sering bilang kupu-kupu kertas, macam di lagunya Om Ebiet. Ia lincah, tak mau hinggap lama, sehingga lumayan sukar dipotret kendati akhirnya berhasil saya tangkap juga gambarnya.
Saya baca-baca, mereka ini adalah satu dari 600 jenis kupu-kupu yang doyan bermigrasi. Dari situ namanya dalam bahasa Inggris, Lemon Emigrant. Penelitian yang dilakukan para peneliti di Universitas Vivekananda di India (kupu-kupu jenis ini tersebar seantero Asia hingga sebagian Australia) menyimpulkan, waktu migrasinya merentang dari Maret-Juli dan Oktober. Bisa jadi karena faktor kelembapan udara, arah tiupan angin, curah hujan, hingga musim bunga, belum ada yang tahu pasti.
Tapi ayah mertua saya bagi cerita. Di Majalengka tempat ia tumbuh dan di Sumedang lokasi ia tinggal sekarang, kupu-kupu kertas ini hanya tampak bermigrasi pada bulan Maulid seperti sekarang. Mereka berbondong-bondong datang dari berbagai daerah di sekitar Kanoman Cirebon. Kupu-kupu ini akan menuju Cirebon menjelang puncak perayaan Maulid Nabi Rasulullah SAW, dan kembali ke daerah masing-masing setelah acara selesai.
Begini-begini saya sarjana, jadi saya sukar percaya. Tapi ndilalahnya, beberapa kali saya menjenguk mertua entah sekadar main atau pas mereka sakit seperti saat ini, begitulah keadaannya. Pas bulan Maulid begini, itu tepi jalan raya menuju kampungnya dipadati ribuan kupu-kupu kertas kuning dan kehijauan, indah dan magis sekali. Saya tak bisa tidak jadi ingat Macondo, desa imajiner dalam khayalan Gabriel Garcia Marquez yang juga sekali waktu penuh kupu-kupu.
Saya tak tahu sampai kapan fenomena ini bertahan. Beberapa tahun belakangan pembangunan infrastruktur dan pabrik-pabrik marak sekali di kampung itu. Saya khawatir, seperti dalam bahasa kejinya Saruman si Penyihir Putih, "Api industri akan melahap segalanya..."
(Source: fb Fitriyan Zamzami)