[PORTAL-ISLAM.ID] PUTRAJAYA - Rakyat Malaysia bangun pada Minggu pagi (20/11/2022) tanpa perdana menteri baru setelah hasil mengejutkan pemilihan umum (pemilu) yang digelar sehari sebelumnya.
Seperti prediksi lembaga survei, tidak ada satu koalisi atau partai yang berhasil memenangi mayoritas 112 kursi di Dewan Rakyat.
Namun yang tidak diduga-duga adalah hasil gemilang koalisi Perikatan Nasional (PN) pimpinan mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Dimotori oleh Partai Islam Se-Malaysia (PAS), Perikatan unggul di 73 daerah pemilihan (dapil).
Sebaliknya, koalisi partai berkuasa Barisan Nasional (BN) yang diprediksi akan menang telak, mengalami kekalahan terburuk dalam sejarah. BN hanya memenangi 30 kursi, yang berarti 28 kursi lebih sedikit dari kekalahan mengejutkan mereka pada pemilu Malaysia 2018.
Secara total, koalisi yang dimotori Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) itu telah kehilangan hampir 80 persen kursi hanya dalam dua pemilu.
Pemenang pemilu 2018 yakni Pakatan Harapan (PH) menjadi koalisi dengan jumlah kursi terbesar setelah mengamankan 82 kursi. Namun, koalisi pimpinan Anwar Ibrahim itu masih jauh dari angka mayoritas yang dibutuhkan.
Tsunami hijau Partai Islamis Malaysia
PAS, yang kerap dianggap sebelah mata, menggemparkan "Negeri Jiran" dengan kemenangan terbesar dalam sejarah partai berideologi Islam konservatif itu.
Partai yang identik dengan warna hijau tersebut melipatgandakan kursi dari 18 menjadi 44 kursi, menjadikannya partai terbesar di parlemen baru Malaysia.
PAS menyapu bersih 22 kursi di negara bagian pantai timur Kelantan dan Terengganu yang merupakan basis suara mereka.
Partai pimpinan Ustadz Hadi Awang itu memperluas cengkeraman kekuasaan mereka dengan menyapu 13 dari 14 kursi di negara bagian utara Kedah. Bahkan, ibu kota Kedah yaitu Alor Setar tidak luput dari gelombang tsunami PAS.
Calon dari PAS, Afnan Hamimi Taib Azammudin, secara mengejutkan berhasil menggusur calon Pakatan Harapan Simon Ooi Tze Min dengan memenangi dapil Alor Setar yang memiliki 32 persen populasi warga Tionghoa Malaysia.
Ini adalah kali pertama sejak Malaysia merdeka, calon dari Tionghoa Malaysia kalah di dapil Alor Setar.
Dahsyatnya gelombang tsunami PAS tidak berhenti sampai di Kedah. Hasil yang paling spektakuler adalah kekalahan sensasional Nurul Izzah Anwar yang merupakan putri Anwar Ibrahim.
Rising star Malaysia yang kerap digadang-gadang menggantikan Anwar itu secara mengejutkan tumbang di tangan calon PAS Ustadz Muhammad Fawwaz Mat Jan. Izzah yang telah menjabat sebagai parlementarian selama tiga periode hanya meraih 37,01 persen suara berbanding 43,04 persen.
Kekalahan ini semakin menyesakkan, karena jatuh di hari ulang tahun politisi berusia 42 tahun itu. Tidak ketinggalan, dapil Permatang Pauh di Penang yang diduduki Izzah adalah basis politik keluarga Anwar sejak tahun 1982.
Kejayaan PAS tidak terlepas dari keputusan pemilih mengambang Melayu, terutama pemilih di daerah pedesaan dan pemilih muda, yang menjatuhkan pilihan mereka ke PAS pada menit-menit terakhir menjelang hari H pemilu.
Mayoritas besar pemilih pedesaan Melayu adalah kaum petani dan buruh yang cenderung konservatif dan secara tradisional selalu memilih Barisan Nasional.
Skandal demi skandal korupsi yang membelit UMNO terutama skandal korupsi 1MDB yang menjebloskan mantan PM Najib Razak ke penjara mulai menggoyahkan pilihan hati pemilih pedesaan Melayu terhadap BN.
Sementara itu, pemilih muda sangat krusial karena ini adalah pemilu pertama Malaysia yang mengizinkan pemilih minimal berusia 18 tahun memilih.
Awalnya, sejumlah prediksi memperkirakan pemilih muda ini akan memberikan suara mereka ke Pakatan Harapan yang reformis.
Namun, krisis politik berkepanjangan dalam tiga tahun terakhir di tengah pandemi Covid-19 memicu kemarahan dan kekecewaan pemilih muda.
Di tengah inilah, PAS dan Perikatan Nasional dengan strategi media sosial mereka terutama di TikTok dapat menarik hati pemilih pedesaan dan pemilih muda suku Melayu, dengan tawaran pemerintahan bersih yang Islamis.
Kemenangan PAS juga tidak terlepas dari upaya bertahun-tahun yang telah dilakukan oleh petinggi partai menjangkau akar rumput pemilih pedesaan, dengan jemaah dan kegiatan sosial mereka di kampus serta organisasi kemasyarakatan.