[PORTAL-ISLAM.ID] Habib Rizieq Shihab (HRS) kembali mengisi dakwah di tengah-tengah umat, dalam ceramahnya eks Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu menjelaskan mengenai ‘raja bohong’ yang memiliki jabatan besar di Indonesia.
Ia juga menyoroti orang yang punya jabatan tinggi tapi hobinya berbohong dan seharusnya pantas untuk dijuluki ‘Si Raja Bohong’.
“Jangan kaget kalau ada orang kerjaannya bangun tidur ngebohong, pagi ngebohong, siang ngebohong sore ngebohong, setiap hari ngebohong. Udah gitu jabatannya tinggi (tapi) bohong melulu. Enggak apa-apa kasih gelar ‘Si Raja Bohong’” kata Habib Rizieq dalam video yang diunggah di Islamic Brotherhood TV.
“Enggak apa-apa saudara. Dalam agama boleh, kenapa? Karena dinasehati sudah enggak bisa, tetap bohong terus-menerus,” tegasnya.
“Kasih nama saudara ‘Si Raja Bohong’, ‘Si Tukang Bohong, ‘Biang Kebohongan’. Jangan orang bohong berkali-kali (malah) dikasih gelar seperti Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib.
“Eh belakangan dari luar negeri yang nggak tahu apa-apa kasih julukan Hasan bin Ali yang mendamaikan dunia, innalillahi wa inna ilaihi rojiun!” jelasnya.
Mengenai pernyataan Habib Rizieq, ahli hukum tata negara dan pengamat politik indonesia, Refly Harun (RH) mengatakan kita tidak bisa tahu pasti siapa yang dimaksud.
“Ya silahkan berimajinasi sendiri ya. Tapi ada hal yang perlu kita pahami ya, yang kita pahami itu adalah bahwa Habib Rizieq tetap di orbitnya ya artinya dia orbit opposition ya orbit oposisi kepada pemerintah,” kata Refly melalui youtube channelnya, Senin (21/11/22).
Tetapi ia mengatakan, kalau melihat pernyataan tersebut Refly melihat Habib Rizieq lebih sebagai seorang Dai yang mengingatkan penguasa.
“Jadi bukan ulama yang mendekat ke istana tapi ulama yang mendekat yang mengingatkan penguasa,” tambah dia.
Kadang-kadang menurutnya, ada tipe ulama yang datang ke istana tapi ada ulama yang tidak mau datang ke istana. Dan justru sebaliknya ada ulama yang dikunjungi istana.
“Nah kalo Habib Rizieq tidak dua-duanya, tidak datang ke istana dan tidak dikunjungi istana ya,” katanya.
“Saya yakin, dalam imajinasi kita, kita tahu siapa yang dimaksud tetapi kita tidak boleh mention the name (menyebut nama) specifically (secara spesifik),” tutupnya. [wartaekonomi]