Hati-hati menentukan Capres
Tahun 2024 itu masih lama sekali. Tapi soal capres, sudah ramai sekali. Ada yg duluan menyatakan siapa capresnya, ada yang masih sibuk diskusi, ada yang masih menunggu, dan ada yg tdk bisa ngapain apapun--karena bukan dia yg berhak menentukan.
Nah, menariknya adalah, Jokowi, yg akan jadi mantan di 2024, berkali-kali membuat pernyataan: hati-hati menentukan capres.
Bukan hanya sekali dia bikin pernyataan ini. Tapi berkali-kali.
Hal ini menarik, karena sst, boleh jadi pesan ini seharusnya bukan untuk partai lain. Apa urusannya Jokowi dgn partai lain? Tidak ada. Bahkan dgn partai koalisi pemerintahan, tetap bukan urusan internal Jokowi. Boleh jadi pesan ini untuk PDIP sendiri, partainya.
Hati-hati menentukan capres, wahai PDIP. Kalau kamu tdk hati2, nanti 2024 bisa nyungsep. Gagal semua skenario. Dan repot jika gagal. Jika kelompok lain berkuasa, proyek2 ambisius selama ini bisa mentok. Dan mungkin bisa diperiksa, dll, dsbgnya.
Sialnya bagi Jokowi--betulan loh apes, dia tidak berkuasa apapun menentukan siapa capres PDIP. Dia saja posisinya hanya petugas partai. Kekuasaan penuh ada di Megawati. Maka lihatlah, kelakuan Jokowi minggu2 ini, dan bulan2 ini, hanya bisa sibuk mengirim sinyal sana, sinyal sini. Hati2 menentukan capres. Kali ini giliran siapa. Saya dukung ini, saya dukung itu. Semua sinyal saja.
Karena Jokowi tidak punya kuasa apapun atas keputusan siapa capres PDIP. Masih mending nasib rakyat kecil, bisa bersuara, bisa nge-fans siapalah. Jokowi tdk bisa. Karena jika dia melakukannya, bisa2 dia kena semprit Megawati. Priit!
Sedih lihatnya. Sekelas presiden, tapi hanya bisa kirim2 sinyal saja. Tidak berani dia bikin pernyataan, 'Saya mendukung dan mencalonkan si pulan bin si pulan'.
(By Tere Liye)
*fb