Dakwah dan Wajah Islam dalam Piala Dunia Qatar 2022
Oleh: Nurkhalishah
(Ketua Yayasan Sekolah Entreprenuer Tahfidz Muamalah Al-Qudsiyah)
Qatar menjadi penyeleggaran pertandingan sepak bola paling bergengsi di dunia, FIFA World Cup 2022. Negara dengan jumlah penduduk hanya sekira tiga juta jiwa ini, menjadi negara terkecil di antara negara negara lain yang pernah menjadi tuan rumah perhelatan akbar ini.
Tetapi, meski menjadi negara terkecil, persiapan Qatar sebagai penyelenggara tidak bisa dianggap kecil. Hal itu telah dibuktikan pada pembukaan Piala Dunia yang diselenggarakan dengan kemeriahan yang gegap gempita. Anggaran yang disiapkan Qatar bahkan dianggap sebagai yang termahal sepanjang sejarah penyelenggaran Piala Dunia yaitu US$ 220 miliar atau setara Rp3.344 triliun.
Qatar adalah negara Islam yang mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1971. Syekh Jassim bin Mohammed Al Thani adalah pendiri negara ini. Saat ini, Qatar dipimpin oleh Syekh Tamim bin Hamad Al Thani. Pemimpin Qatar saat ini masih terbilang muda, namun di usianya yang baru memasuki empat puluh dua tahun, dia menjadi sosok penting dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2022. Dan, di bawah kepemimpinaan beliau, syiar Islam mendapatkan panggungnya.
Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 telah menjadi pusat perhatian dunia. Khususnya dalam berbagai kebijakan yang ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Hal ini tentu tidak dapat dipisahkan dari identitas Qatar itu sendiri sebagai negara Islam yang secara otomatis akan mengangkat nilai dan kebudayaan Islam.
Dalam perspektif komunikasi dakwah, apa yang dilakukan Qatar dalam penyelenggaraan Piala Dunia adalah upaya nyata untuk memperlihatkan wajah Islam kepada dunia.
Sebagaimana yang dipahami bersama, bahwa dakwah di dalam Islam itu dikenal dengan tiga cara yaitu dakwah bil lisan yaitu dakwah dengan ucapan, dakwah bil hal yaitu dakwah dengan perbuatan, dan dakwah bil qalam yaitu dakwah dengan tulisan. Ketiga metode dakwah ini dapat kita lihat dalam penyelenggaran piala Dunia 2022.
Qatar tentu saja telah melakukan dakwah dengan ucapan, tulisan dan perbuatan secara bersamaan dalam menetapkan aturan dilarangnya minuman keras dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2022. Sebagaimana lazimnya, minuman keras tentu tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kegiatan besar seperti ini.
Namun dalam pengaturan Qatar, apa yang menjadi kebiasaan, dapat mereka ubah. Hal ini tentu tidak mudah mengingat besarnya penolakan dan protes yang diterima oleh Qatar dan hilangnya peluang keuntungan yang bisa diperoleh Qatar dari sponsor perusahaan penyedia minuman keras.
Dakwah bil hal secara spesifik diperlihatkan oleh Qatar dalam pembukaan piala dunia dengan menampilkan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ghanim Al Muftah, QS. Al-Hujurat ayat 13 melantun memenuhi seluruh stadion dan tentu saja menggema ke penjuru dunia, menjadi bukti bahwa apa yang dilakukan Qatar adalah upaya untuk menyiarkan Islam.
Tidak hanya itu, penyelenggara bahkan menyediakan goody bag bagi penonton yang berisi sajadah, parfum, dan selebaran mengenai Islam. Pada fasilitas umum yang mereka punya juga turut menampilkan tulisan-tulisan yang berisi berbagai pesan dakwah yang diambil dari penggalan ayat suci Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.
Apa yang dilakukan Qatar menjadi pelajaran berharga bahwa untuk mengajak kepada kebaikan dan ajaran Islam, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tentu saja upaya Qatar membuahkan hasil dengan banyaknya orang yang tertarik mengenal Islam bahkan memutuskan untuk menerima Islam sebagai agama mereka.
Piala Dunia Qatar 2022 tentu bukan acara yang seratus persen terlepas dari unsur kemaksiatan dan dosa. Tapi, apa yang diperlihatkan Qatar, bisa menjadi contoh bagi negara negara Islam lainnya untuk memperlihatkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin, menjadi rahmat bagi seluruh alam.
(Fajar)