Janji itu hutang. Itulah yang Anwar Ibrahim coba laksanakan setelah dipilih dan dilantik oleh Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al Mustafa Billah Shah Al Musta’in Billah sebagai Perdana Menteri Malaysia ke-10.
Dalam rangka memenuhi janjinya, Anwar Ibrahim tolak mobil dinas mewah Mercedez Benz S600, tidak ambil gaji sebagai Perdana Menteri, turunkan gaji menteri. Hanya akan mengambil gaji sebagai anggota Parlemen Malaysia dari Tambun. Dia akan fokus programnya pada pemulihan ekonomi Malaysia.
Sebagaimana di ketahui, Anwar Ibrahim pada saat kampanye Pemilihan Umum (Pilihan Raya Umum/PRU) Malaysia ke-15, telah berjanji, jika Pakatan Harapan menang dalam Pemilu dan dipilih menjadi Perdana Menteri Malaysia, tidak akan menerima gaji sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Budaya Baru Tidak Boros
Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia ke-10, dalam rangka melakukan penghematan anggaran, dia juga menegaskan tidak akan membeli mobil dinas baru dan merenovasi kantornya. Menurut mantan pemimpin oposisi Malaysia, setiap ringgit dana publik harus dihemat.
Ia mengatakan, ingin menanamkan budaya baru dalam pemerintahannya yakni menghindari pemborosan.
“Pikirkan apa yang dapat Anda hemat, 100 ringgit, 1000 atau 10 ribu ringgit, yang dapat dikembalikan kepada orang susah. Saya mulai dengan komitmen untuk tidak mengambil gaji, tapi yang penting jangan menyia-nyiakan dana yang kita punya,” ujarnya.
Hal tersebut merupakan pesan Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia kepada semua pimpinan departemen untuk mengingat bahwa dalam situasi saat ini kita harus memulai budaya baru. Jangan gunakan uang pemerintah untuk fasilitas kita sendiri, ujarnya seperti dikutip Free Malaysia Today, Minggu, 27 November 2022.
Anwar mengatakan dalam pertemuan dengan departemen dan lembaga pemerintah di Putrajaya, pada Hari Ahad, 27 November 2022 bahwa seluruh uang pemerintah akan digunakan sebaik-baiknya untuk menghindari pemborosan yang kerap terjadi pada pemerintahan sebelumnya.
Sebelumnya Anwar Ibrahim telah mengumumkan bahwa prioritas pertamanya ialah mengatasi biaya hidup. Dalam rangka itu, harus dihindari pemborosan anggaran. Dengan menghemat anggaran, maka pemerintah mempunyai dana yang cukup untuk menolong orang susah dan mengatasi biaya hidup yang meningkat.
Biaya Hidup Malaysia
Biaya hidup di Malaysia per bulan sekitar RM 800/1500. Konversi mata uang RM1 setara dengan Rp3.000. Dengan konversi sebesar itu, maka kebutuhan dana setiap bulan Rp 2.400.000/Rp 4.500.000.
Sebagai contoh, 1 botol air mineral, harganya sekitar RM 1-1,5 (Rp 3.000-4.500) dan 1 porsi nasi biryani, harganya RM 10 lengkap dengan daging (Rp 30.000).
Biaya makan bervariasi harganya. Untuk sekali makan di food court, kantin, diperlukan kira-kira RM 5 hingga RM 10 atau jika dirupiahkan Rp15 ribu hingga Rp30 ribu jika kurs rupiah senilai Rp 3 ribu. Di kantin kampus lebih murah dari itu. Misalnya bubur atau 1 set hot dog dengan harga di bawah RM 5.
Tarif MRT di Malaysia adalah sekitar RM1-RM2 (Rp3000-Rp6800) sekali jalan. Tarif taksi sekitar RM2 (Rp6000) untuk kilometer pertama. Sementara untuk KL Monorail sekitar RM 3-RM 6 (Rp9.000-Rp18.000).
Kemudian, tarif Bus Rapid KL di kisaran RM1-RM3 (Rp3.000-Rp9.000) sekali jalan, sedangkan bus GO KL gratis dengan rute ke berbagai tempat wisata. Jenis transportasi lain yang bisa dijumpai di Malaysia adalah LRT, KTM Komuter, KLIA Ekspres, dan KLIA Transit.
Untuk menginap di hotel bintang 2, hanya perlu mengeluarkan uang mulai dari Rp145.000.
Isu Politik
Ada peningkatan biaya hidup di Malaysia, jika dibandingkan pada masa saya kuliah di negeri Jiran itu 2001-2007. Akan tetapi, peningkatan biaya hidup di negara itu tidak signifikan karena di kawal (dikontrol) oleh pemerintah.
Walaupun peningkatan biaya hidup di Malaysia tidak signifikan, tetapi telah menjadi isu politik.
Anwar Ibrahim dan Pakatan Harapan telah membawa isu peningkatan biaya hidup di Malaysia dalam kampanye Pemilu (PRU) ke-15. Dampaknya, pemerintah Malaysia dianggap gagal, sehingga rakyat memberi sokongan yang besar kepada pembangkang (oposisi) dalam Pemilu (PRU) ke-15 yang dilaksanakan19 November 2022.
Sehubungan itu, Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia yang dilantik Raja Al-Sultan Abdullah pada 24 November 2022, telah memberi prioritas pertama dan utama pada penurunan biaya hidup.
Saya yakin dan percaya, biaya hidup di Malaysia bisa diturunkan oleh kerajaan (pemerintah) karena semua kebutuhan bahan utama yang disebut di Indonesia sembilan bahan pokok (sembako) dikontrol oleh pemerintah (kerajaan), seperti yang pernah dilakukan oleh Orde Baru.
Sembilan kebutuhan utama di Indonesia yang disebut sembako (sembilan bahan pokok) yaitu:
1. Jagung
2. Beras
3. Gula pasir
4. Minyak goreng
5. Telur ayam
6. Susu
7. Garam beryodium
8. Minyak tanah dan gas (LPG)
9. Daging sapi dan ayam
Selain itu, semua jenis barang harganya terus naik, tidak pernah turun, karena semua ditentukan oleh mekanisme pasar. Pemerintah (kerajaan) tidak mampu menurunkan harga-harga barang.
Perbandingan Indonesia
Jika membandingkan besaran biaya hidup antara Malaysia dengan Indonesia, dapat dikemukakan bahwa biaya hidup di Indonesia lebih tinggi. GDP perkapita Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan GDP perkapita Malaysia.
Setidaknya ada lima alasan saya kemukakan bahwa biaya hidup lebih tinggi Indonesia ketimbang Malaysia.
Pertama, sejak Orde Baru jatuh dan lahir Orde Reformasi, sembilan pokok dikendalikan oleh mekanisme pasar (supply and demand), sehingga keperluan utama masyarakat harganya naik terus tanpa dapat dikontrol. Sekali harganya naik tidak pernah turun harganya.
Kedua, harga utama masyarakat yang disebut sembilan bahan pokok (sembako) tidak dapat dikawal (dikontrol) oleh pemerintah karena semua jenis barang primer dan sekunder diserahkan kepada mekanisme pasar.
Ketiga, inflasi bahan makanan di Indonesia tergolong tinggi. Menurut BPS inflasi di Indonesia (YoY) Juni 2022 sebesar 9,1%.
Keempat, GDP perkapita Indonesia (2021) sebesar U$ 4.281,81 sedangkan Malaysia sebesar U$ 11.371. Artinya Malaysia lebih makmur dibanding Indonesia.
Kelima, gaji pegawai di Indonesia lebih rendah dibanding gaji di Malaysia.
Akan tetapi, biaya hidup lebih mahal di Indonesia ketimbang di Malaysia. Sebagai contoh, biaya hotel bintang dua satu malam, lebih mahal di Indonesia dibanding di Malaysia. Begitu pula, kebutuhan utama (asas) lebih murah di Malaysia ketimbang di Indonesia. Begitu pula harga bahan bakar minya sejenis Pertalite di Indonesia dijual Rp10.000 perliter dibanding RON 95 di Malaysia, dijual lebih murah Rp 6.780 per liter.
Oleh karena itu, patut di apresiasi kepada Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang memberi perioritas penurunan biaya hidup di Malaysia.
Semoga Pemilu 2024, rakyat Indonesia mampu memilih pemimpin baru yang memiliki rekam jejak yang hebat, cerdas, jujur, amanah dan komunikator (tabligh), peduli terhadap orang susah, tidak beli mobil baru, renovasi kantor dan mempunyai konsep untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
(Oleh: Musni Umar)
*sumber: Arahjaya