TIDAK USAH DIAPA-APAKAN, EROPA AKAN KEMBALI JADI ISLAM DENGAN SENDIRINYA
Nyaris di sepanjang hidupnya, almarhum, Syekh Prof. Dr. Yusuf Al-Qaradawi, banyak mengeluarkan pendapat yang membuat tercengang.
Salah satunya, Pada 2003 lalu, almarhum menyatakan: “Tidak usah diapa-apakan, Eropa akan kembali menjadi Islam dengan sendirinya.”
Atas pendapat ini, banyak kalangan yang mencibirnya. Tapi cibiran itu, sekarang berbalik memukul malu kepada pemiliknya. Islam kini mengalami perkembangan pesat hampir di seluruh negara benua Biru.
Data terkahir Pew Research Center menyebut, jumlah muslim di Eropa capai 44 juta, sekitar 6% dari total populasinya.
Melihat sejarahnya, kehebatan, ketajaman pikiran serta kerasnya komitmen dakwah Almarhum, sukses mengantarkan dirinya meraih sederet ancaman. Termasuk dari pemerintahan Mesir sendiri.
Tapi beliau tetap kokoh menempuh jalan dakwah yang tidak biasa, dengan keberanian yang luar biasa. Ia mewarisi kekuatan pikiran dan mental para pendahulu Ikhwanul Muslimin.
Sebelum menyelesaikan studinya pada 1953, di Institut Studi Agama kota Tanta Mesir, untuk pertama kalinya Almarhum bertemu dengan pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan Al-Banna.
Pertemuan ini menjadi awal kedekatan diantara keduanya. Pertemuan yang menjadi awal perubahan sikap dan jalan hidup serta pilihan dakwahnya.
Pikiran-pikiran kritis dan komitmen dakwah yang begitu kuat, berhasil mengantarkan dirinya masuk penjara pada masa pemerintahan Raja Farouq, 1949. Disusul 3 kali mendekam di masa pemerintahan Gamal Abdel Nasser.
Ia juga berhasil mendidik keluarganya menjadi pendakwah "bernyali kaliber". Putrinya, Ola Qaradhawi ditahan di Mesir selama 4.5 tahun di Era Rezim Al-Sisi. Meskipun sudah dinyatakan bebas tahun lalu, tapi masih terus menghadapi dakwaan dari otoritas setempat.
Diantara keseluruhan kehebatan pikiranya, salah satu yang paling mengesankan: "Eropa akan kembali menjadi Islam tanpa perlu diapa-apakan".
Dasar asumsi dan analisanya adalah: perkembangan pesat liberalisme budaya dan agama, feminisme, serta kesetaraan gender yang berkembang di Eropa, telah meracuni pikiran kaum perempuan hingga enggan menikah, hamil dan punya anak.
Disamping itu, jaminan HAM terkait kebebasan dalam menentukan orientasi seksual (LGBT), telah menjelma menjadi virus ganas yang menyebabkan ras bangsa itu akan punah. Tinggal menunggu waktu saja.
Saat ini, hampir di seluruh negara Eropa, azan berkumandang di mana-mana. Perkataan beliau menemui kenyataannya sedikit demi sedikit.
Beliau telah berpulang di sisi Tuhannya, Allah SWT Rabbul Alamain. Meskipun beliau tidak sempat menyaksikan puncak ketika Eropa kembali menjadi benua Islam, tapi saya begitu yakin, suatu hari nanti, perkataan beliau akan terbukti, Islam akan kembali berjaya di benua Biru. Insya Allah.
(Faisal Lohy)