ENAM orang ditetapkan sebagai tersangka dalam tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari 130 Aremania. Tiga perwira polisi dan tiga orang sipil.
Sejauh ini, posisi Kapolda Jatim masih aman. Meski sejumlah blunder telah dibuatnya, juga dia adalah penanggung jawab keamanan tertinggi di Jawa Timur.
Dari hasil penyelidikan sementara diketahui bahwa memang tidak pernah ada perintah menembakkan gas air mata. Jadi, para anggota itu spontan dan mengambil inisiatif sendiri ketika menembak gas air mata ke kerumunan.
Cuma, jangan seperti Kompolnas yang berhenti pada hal itu. Harus diselidiki lebih lanjut lagi, bagaimana bisa terjadi kekosongan komando di saat chaos. Padahal, pada saat itu, justru yang paling dibutuhkan adalah komando.
Siapapun yang terlibat dalam situasi seperti itu, membawa senjata, kondisi capek malam-malam, mendengar rekannya tewas, ya pasti akan bertindak brutal.
Pertanyaan utamanya adalah bagaimana bisa tercipta kondisi seperti itu? Kondisi yang membuat ratusan nyawa hilang? Di situlah letak tanggung jawab komandan, dan dalam hal ini, menurut saya adalah Kapolda Jatim. Tak heran, jika banyak desakan dari banyak kalangan untuk mencopotnya -yang sampai saat ini ternyata mental semua.
Selain polisi, panpel (panitia pelaksana) juga bertanggung jawab banyak. Bagaimana bisa, hanya satu pintu yang terbuka dan membuat banyak penonton terjebak dan tewas dalam upaya mencari aman.
(Kardono Ano Setyorakhmadi)
...Melihat ini darah saya mendidih.
— 1004HariHarunMasiku@JkwQntlYth (@kafiradikalis) October 6, 2022
Anda gak mendidih melihat ini, pak Kapolri @ListyoSigitP?
Masih gak bernyali copot Kapolda Jatim?
3x24 jam ke depan anda gak copot Kapolda Jatim, saran saya ganti agama aja. Karena Yesus gak butuh pengikut yg pengecut... (``,) https://t.co/0ti3l5pAB4