KUMANDANG AZAN DI PARIS
“Tinggalkan harta itu,” seru Sang Panglima berulang-ulang, namun tak didengar oleh para prajurit yang telah mabuk kemenangan. Banyaknya ghanimah membuat silau siapa saja.
Benar saja, 50 ribu pasukan Muslim yang telah begitu jauh meninggalkan negerinya, syahid dibantai 400 ribu atau ada juga yang menyebut 200 ribu tentara gabungan pasukan Nasrani yang dipimpin Charles Martell.
Nama panglima itu belakangan diabadikan menjadi merk minuman beralkohol yang legendaris Martell 732, lengkap dengan angka tahun terjadinya peristiwa.
Sedang panglima pasukan Muslimin adalah seorang Mujahid tangguh bernama Abdurrahman Al Ghafiqi.
Ia termasuk generasi tabi'in, murid sahabat mulia Abdullah bin Umar, sekaligus ia adalah guru dari putra Khalifah Umar ibn Abd Aziz.
Kekalahan itu terjadi di kota Tours yang hanya berjarak 239 km dari Paris pada 10 Oktober 732 M atau 1290 tahun lalu, pada pertempuran yang disebut Battle of Tours atau dalam literatur Islam disebut Balatu asy-Syuhada.
Sejatinya pasukan Muslimin telah berhasil membebaskan sepertiga wilayah Kerajaan Frank yang sekarang menjadi negara Prancis modern.
Salah satu jejak yang ditinggalkan ada sebuah kota yang bernama Ramatuelle di tenggara Prancis yang diambil dari bahasa Arab Rahmatullah yang sampai sekarang masih bisa disaksikan jejaknya.
Pada masa itu Eropa masih berada dalam kegelapan. Peradaban dan kemajuan teknologi tidak sebanding dengan capaian kaum Muslimin.
Karenanya, seorang filsuf Prancis bernama Gustave Le Bon menyebutkan, Prancis seolah tertinggal berabad dibanding capaian di Andalusia.
Menurut Pew Research Study of Islam in Europe, Muslim di Prancis saat ini diperkirakan 8,8 persen. Ini lebih tinggi dari perkiraan dari Institut Montaigne, dan akan menjadi yang tertinggi di Eropa.
Dari sekitar 15 juta Muslim yang saat ini tinggal di Uni Eropa, Prancis adalah rumah bagi jumlah terbesar, setara dengan sekitar sepertiga dari total populasi.
Sementara, dilansir di bbc.com Prancis memiliki sekitar lima juta penduduk keturunan Muslim. Sebanyak setengah dari populasi Muslim berusia di bawah 24 tahun. Usia produktif yang bisa membawa perubahan. Pusat populasi Muslim utama di Prancis adalah Paris, Marseille, Lyon, dan Banlieues.
Kekalahan Muslimin pada Battle of Tours seakan “menutup” jalannya cahaya hidayah menuju wilayah yang hari ini kita kenali sebagai Inggris, Prancis, Jerman, dan sebagian Eropa lainnya.
Seandainya saja kemenangan dalam Battle of Tours itu Allah izinkan dalam genggaman, bukan tak mungkin hari ini kita mendengar kumandang adzan dari Paris dan menyaksikan penduduk Oxford sedang sibuk menderas Alqur’an.
Jakarta, 11/10/2022
(By Uttiek)