MIMPI BURUK SEPAK BOLA
HARI-hari Irjen Pol Nicko Afinta sebagai Kapolda Jatim bisa dihitung dengan jari. Selamat dari masalah Ferdi Sambo, dan sebenarnya juga sedang akan dimutasi dalam periode reguler, Nicko tersandung kasus kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Meski bukan satu-satunya pihak yang patut disalahkan, namun keputusan anggota di lapangan yang menembakkan gas air mata ke tribun, menjadi salah satu penyebab banyaknya korban jiwa (yang hingga status ini ditulis sudah mencapa 149 jiwa).
Yang saya dengar, ada upaya-upaya untuk “mengondisikan” awak media Jatim untuk membuat beritanya jadi lebih soft. Juga para petinggi polisi di Jatim yang merasa “tak salah” dengan situasi itu, dan lebih menyalahkan ke faktor lain: rivalitas suporter dan klub, suporter yang rusuh, jam pertandingan yang terlalu malam, dan panpel mencetak tiket lebih banyak dari kapasitas stadion.
Semoga saja rumor yg saya dengar itu tak benar, dan media tetap bersikap kritis. Meski penyebab kerusuhan seperti ini tak pernah tunggal, tapi jelas penembakan gas air mata ke tribun yg penuh penonton sulit dicerna akal sehat.
Kerusuhan di Kanjuruhan tadi malam memang sangar. Jumlah korban meninggal melebihi tragedi Heyssel yang terkenal di tahun 1985 (meninggal 39) atau tragedi Hillsborough (96 pendukung Liverpool meninggal). Tak pelak ini, menjadi salah satu kerusuhan sepak bola terburuk di dunia.
Sepak bola Indonesia sudah gagal. Lebih sering didera kepentingan politik pengurusnya, kepentingan TV (yang mengakibatkan kick off di Indonesia baru jam 8 malam. Salah satunya ya arema vs persebaya tadi malam, panpel minta main sore tapi ditolak penyelenggara karena kepentingan TV), dan rivalitas suporter yang seolah2 klub sepakbola itu seperti agama. Ejek-ejekan di medsos antar mereka kadang sudah bau darah.
Satu nyawa tak sepadan untuk sepakbola. tapi kita saksikan di banyak platform medsos, hingga pagi ini masih banyak orang tua yang mencari keberadaan anaknya, sanak saudaranya, temannya yg masih belum jelas nasibnya.
Kerusuhan di Kanjuruhan tadi malam seolah menjadi pelengkap cerita buruk negara ini. Sepakbola yang harusnya menjadi hiburan dan katarsis di tengah sesaknya ancaman resesi dan kuatnya cengkeraman oligarkhi, kini justru melengkapi getir itu menjadi kesedihan total.
Usut semuanya. Mulai dari PSSI, PT LIB, panpel, dan juga polisinya. Agar kematian 149 orang di Malang tadi malam tidak menjadi kematian sia-sia.
Harus ada pelajaran yang diambil, so they just don’t die for nothing!
(By Kardono Ano Setyorakhmadi)
*fb