Oleh: Erizal
Luar biasa. Sambutan Partai Demokrat didatangi oleh Anies Baswedan, Capres Partai NasDem. Tak menunggu masa jabatan tuntas di DKI Jakarta, yang hanya sepekan lagi, Anies langsung turun gunung. Gaspol, gercep.
Sorak-sorai buat Anies-AHY begitu menggema. Memang, tak sedikit lembaga survei yang memprediksi bahwa pasangan ini cukup potensial. Artinya, penerimaan publik (pemilih) relatif signifikan. Menang-kalah, itu soal lain.
Sayangnya, pasangan ini, NasDem-Demokrat, belum memenuhi syarat melenggang melewati meja KPU RI. Butuh tambahan satu partai lagi. Artinya, sorak-sorai itu masih menggantung, masih tertahan. Belum benar-benar pol.
PKS. Disebut-sebut tambahan partai buat Anies. Tapi, buat Anies-AHY belum tentu disepakati. Bila Anies mendatangi PKS, sorak-sorainya tentu bukan buat pasangan Anies-AHY lagi, melainkan buat kader PKS yang seabrek.
Bisa dengan Salim Segaf Al-Jufri, Ahmad Syaikhu, Hidayat Nur Wahid, Ahmad Heryawan, Sohibul Iman, dan Irwan Prayitno. Terlalu banyak. PKS perlu mengerucut satu nama agar sorak-sorainya tak kalah dibanding Anies-AHY.
Kata Surya Paloh, soal Cawapres diserahkan pada Capres Anies. Kalau nama masih seabrek di PKS, bagaimana Anies akan memilihnya? Agaknya PKS tak punya pilihan lain selain ikut mencapreskan Anies seperti mencapreskan Prabowo dulu. Apa mau kembali ke Prabowo?
(*)