"Wahai Muhammad, aku adalah saudarimu," kata seorang nenek tua.
Ketika Perang Hunain telah selesai, kaum muslimin mengalami kemenangan.
Maka segera dikumpulkan para tawanan, senjata, serta harta benda untuk dibagikan sebagai Ghanimah.
Para tawanan dalam perang Hunain tersebut, banyak sekali yang berasal dari orang-orang dari Thaif.
Ketika pembagian Ghanimah tengah berlangsung di berbagai tempat, di tengah keramaian muncul seorang nenek tua yang berteriak-teriak.
Dia bertanya kepada kaum muslimin, "Di mana Muhammad? Di mana Muhammad?"
Setiap orang yang ditanyainya bersikap acuh terhadap nenek itu.
Mereka menyangka kalau nenek itu adalah orang stress atau orang gila.
Namun nenek itu terus saja menanyakan ke orang-orang,
"Di mana Muhammad? Di mana Muhammad?"
Tentu orang-orang menyangka nenek itu gila.
Bagaimana mungkin di tengah kemenangan perang kaum muslimin begitu, di mana saat itu Islam sedang jaya-jayanya, kok ada nenek-nenek memanggil Rasulullah dengan hanya menyebut Muhammad saja.
Terus saja nenek itu bertanya kepada para Shahabat, dimana Muhammad, dimana shahabatmu, di mana Muhammad, di mana shahabatmu.
Lalu salah seorang Shahabat merasa penasaran dan ia seegra menuju Rasulullah dan melaporkan perihal nenek-nenek itu.
Lalu Rasulullah shallallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sallam meminta para Shahabat untuk mendatangkan nenek itu kepada Beliau.
Maka para Shahabat membawa nenek tersebut ke hadapan Baginda shallallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sallam.
Lalu nenek itu mengatakan, yang kurang lebih maknanya,
"Wahai Muhammad, aku adalah saudarimu."
Para Shahabat tertawa, bagaimana mungkin nenek itu mengaku sebagai saudari Rasulullah, sedangkan Rasulullah adalah anak tunggal.
Lalu nenek itu melanjutkan, aku adalah saudarimu, saudarimu sepersusuan.
Aku adalah Saima' anak Halimah.
Perlu kita ingat, bahwa ketika Rasulullah masih kecil, beliau pernah disusukan kepada perempuan dari Bani Hawazin yang bernama Halimah as Sa'diyah (Halimatus Sa'diyah).
Mendengar pengakuan nenek itu, Rasulullah lantas bertanya yang kurang lebih maknanya jika memang kamu adalah Saima', maka berikanlah bukti.
Lalu Saima' putri Halimah berkata yang kurang lebih maknanya,
"Apakah kamu mengingat ketika dulu kamu masih kecil. Kamu pernah aku gendong di punggungku (gendong belakang). Lalu kamu menggigit pundakku hingga mengeluarkan darah. Maka inilah bekas gigitanmu."
Lalu Saima' memberikan bukti bekas gigitan Rasulullah ketika Beliau masih balita itu.
Benar memang, kala Rasulullah masih balita, beliau diasuh oleh Halimah bersama anak-anaknya.
Keluarga Halimah termasuk keluarga yang miskin. Dan Rasulullah kecil sering ikut bermain dengan anak-anak Halimah. Bayi Rasulullah adalah bayi yang energik. Bayi yang kuat dan lincah. Selain itu, bayi Rasulullah kecil adalah bayi yang mendatangkan keberkahan bagi orang-orang di sekelilingnya.
Melihat itu, Rasulullah segera melepas sorban (ada yang menyatakan selendang) Beliau, lalu menggelarnya sebagai alas tikar lalu mempersilahkan Saima' duduk di atas sorban tersebut.
Lalu Rasulullah memperlakukan Saima' putri Halimah sebagaimana Beliau memperlakukan seorang saudari.
Begitulah akhlak Rasulullah. Dalam keadaaan jaya-jayanya Beliau, setelah Makkah telah diislamkan, ketika Jazirah Arab tinggal menunggu giliran, Beliau tetap tawadhu dalam menghormati kakaknya. Tiada kesombongan dari diri Rasulullah.
Kemudian Beliau shallallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sallam menawarkan dua tawaran kepada saudarinya tersebut dengan tawaran yang kurang lebih maknanya,
"Wahai Saima', aku menawarkan dua tawaran kepadamu. Setelah ini engkau ikut aku ke Madinah, lalu aku buatkan untukmu rumah, dan akan aku tanggung semua kebutuhanmu atau kamu pulang ke Thaif?"
Lalu Saima'menjawab yang kurang lebih maknanya,
"Aku sudah tua. Dan aku tidak ingin dan tidak bisa meninggalkan kampung halamanku di Thaif."
Mendengar itu, Rasulullah bertanya kepada para Shahabat.
"Mana bagian ghanimah milikku? Serahkan semua untuk Saima'."
Diceritakan bahwa setelah Saima' menemui Rasulullah, kurang lebih sebanyak 6.000 penduduk Thaif dibebaskan dari tawanan. Dan mereka bersama Saima' pulang ke Thaif.
Begitulah akhlak Rasulullah.
Beliau adalah sebaik-baik manusia dalam berbuat baik terhadap keluarganya dan ummat manusia.
ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَ ﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠٰﻰ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَ ﻋَﻠٰﻰ ﺁﻝِ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ
[EL Mujtaba]