Tuh kan, kubilang juga apa. Sebenernya aktifis feminis & liberal itu rapuh. Mereka gak punya pegangan kuat yang bisa menuntun jalan hidupnya. Mereka juga ambigu dengan prinsip yang mereka anut.
Mereka bilang bahwa mereka bebas menggunakan tubuhnya. Tak ada yang bisa mengatur, bahkan agama sekalipun. Tubuh mereka ya milik mereka, bukan milik suami ataupun calon suami. Mau dijual kek, mau dipamerin kek, mau diobral kek, maka itu hak sepenuhnya mereka. Sebodo amat dengan aturan adat, agama, atapun omongan orang. Karena kebebasan adalah segalanya.
Tapi di sisi lain ketika masyarakat dalam hal ini netijreng berhasil membongkar kebohongannya, malah playing victim. Nggak mau mengakui perbuatannya.
Kalau memang dia memegang prinsip liberal, harusnya ngga ambil pusing dengan sanksi sosial berupa hujatan netijreng. Harusnya dia berani memproklamirkan prinsipnya, bahwa kebebasan adalah segalanya. Bahwa pengekangan bagi kaum perempuan itu ndeso. Bahwa mereka berhak menggunakan tubuh sesuai keinginan mereka, orang lain dilarang protes.
Tapi apa yang terjadi? Klarifikasinya masih ngeles. Dia ngga berani mempertangjungjawabkan perbuatannya sendiri. Artinya dia belum kaffah memegang prinsip liberalisme 😁.
Ya sih, sebenernya aktifis liberal itu tanggung banget, cuma setengah-setengah. Alias cuma diambil yang enaknya doank. Ketika exhibis dirasa enak, maka dia ambil. Tapi ketika hujatan netijreng dirasa menyakitkan, dia gak mau ambil resikonya.
Pelajaran buat yang ngaku paling feminis liberal dan memperjuangkan kaum wanita. Kalau liberal sama artinya dengan bebas ngesex ya hanya perempuan bego yang mau terjun kesana. Dan hanya laki2 bego yang mau dengan bekas sisa orang banyak,
Hadeh, prestasi kok upload foto mesum. Ya kali prestasi bagi para exhibisionis. Mending kalau cantik beneran, lah cantik modal kamera jahat juga semua bisa.
Hari gini masih mengagungkan liberalisme? Makan tuh foto syur.
(Widi Astuti)