Kalau ada orang miskin sebelum mendapat “kursi”, maka setelah dapat kursi dia biasanya jadi kaya, cuma Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang kebalikan, sebelum menjadi pejabat dia kaya raya, tapi setelah menjadi pejabat malah miskin.
Kalau kita membaca kisah hidupnya, kita berpikir beliau seorang Raja yang menguasai wilayah sebesar kabupaten atau kecamatan, soalnya yang sering diceritakan beliau hanya memakai lilin dan lampu teplok di ruang kerjanya pada malam hari! Bahkan diceritakan selama 2 tahun beliau menjadi khalifah, panitia zakat bingung mau kasih zakat ke siapa, karena tidak ada mustahiq!
Beliau menjadi Khalifah pada umur 38 tahun, menjadi pemimpin Dinasti Umayyah sebuah kerajaan besar, sebuah Negara yang luas, kekuasaannya meliputi sebagian besar wilayah Timur-Tengah hari ini, ditambah Iran, Afrika Utara sampai Spanyol dan Afghanistan, dengan luas hampir 15 juta km persegi, dengan ibukotanya Damascus.
Sebelum menjadi Khalifah, Umar terkenal sangat menikmati dunia, pakaiannya mahal-mahal semua, parfumnya saja bisa tercium dari beberapa puluh meter, ya wajar saja, ayahnya Putra Mahkota dinasti Umayyah, kakeknya Khalifah Dinasti Umayyah, istrinya Fatimah juga anak Khalifah, pokoknya kalau beliau hidup berfoya-foya, memang aslinya orang berada. Meskipun demikian, Umar sangat rajin belajar, bergaul dengan Ulama dan tidak pernah mendekati yang haram. Sehingga di kalangan Ulama, Umar dianggap mujtahid... persis seperti kakeknya Umar bin Khattab.
Tapi, ketika beliau dipilih menjadi Khalifah oleh pamannya Khalifah Suleyman bin Abdul Malik, Umar berubah 180 derajat. Setelah pamannya meninggal, dia menjadi khalifah, dan mendapatkan fasilitas-fasilitas Negara, salah satunya adalah kendaraan, yaitu kuda paling bagus, tapi beliau menolaknya, dan memilih naik kuda murah saja, dan mengembalikan kuda tadi ke baitul maal muslimin.
Tidak hanya itu, tapi semua harta yang dia miliki, termasuk parfum-parfum mahal dikembalikan ke baitul maal muslimin. Dan dia meminta kepada istrinya Fatimah, untuk mengembalikan semua perhiasan yang pernah diberikan oleh Khalifah sebelumnya ke baitul maal muslimin. “Pilihlah, mau mengembalikan semua perhiasan itu ke baitul maal, atau ijinkan saya menceraikanmu? Karena aku tidak suka ada harta milik Umat di rumahku”. Istrinya menjawab, “Tidak, aku memilihmu, aku akan mengembalikan semua perhiasan itu ke baitul maal, bahkan perhiasan milikkku sendiri yang bukan hadiah akan kuserahkan ke baitul maal”.
Kalau sudah shalat isya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz selalu duduk sambil menunduk, duduk lama, dan air matanya pun menetes, karena memikirkan tanggungjawab yang dibebankan padanya. Ketika ada orang bertanya bagaimana ibadah Umar, istrinya menjawab, “Umar bukanlah orang yang banyak shalat, atau banyak puasa, tapi dia sangat takut kepada Allah”.
Saat khalifah ini meninggal, imam Hasan Basry mengatakan, “Telah meninggal manusia paling baik…”.
Beliau dimakamkan di Maarrah Nu’man, sebuah tempat di antara propinsi Edlib dan Aleppo di Syria. Karena beliau meninggal dalam perjalan ke Damascus.
Rahimallahu Amiral Mukminin Umar bin Abdul Aziz wa Aqilatahu.
(Saief Alemdar)