SBY turun gunung, PDIP ngamuk
SBY bilang pemilu akan curang, PDIP marah.
Nuduh SBY perjuangkan anaknya, dll dll. Terus Megawati perjuangkan anaknya juga, gak masalah?
Gerindra reaktif, menilai pernah dicurangi SBY dulu saat Prabowo pasangan dengan Megawati.
Lah, kenapa Gerindra gak introspeksi saja. Prabowo selama ini memang suka salah langkah dan salah keputusan, yang akhirnya mudah dikalahkan oleh lawan.
Ngapain marah marah? SBY benar? Gak juga, ada keliru nya juga dia. Tapi dalam politik, dia mau perjuangkan kepentingan nya? Ya sah saja.
Semua partai juga memperjuangkan kepentingan dia, tapi selama disana ada kepentingan rakyat yang nebeng juga. Maka layak didukung.
Soal pemilu curang bukan isapan jempol kok, orang 2019 adalah bukti nyata pemilu paling bar bar. Bukan hanya curang, tapi ratusan nyawa juga melayang.
SBY benar soal itu, dan itu bisa terulang di pemilu 2024. Apa salahnya dia warning sesuai dengan pengalaman 2019.
Karena di era SBY jikapun ada kecurangan, tapi gak separah era Jokowi. Gak separah pemilu 2019.
Pemilu 2004 saat SBY pertama nyapres, ada 5 pasang calon. 2009 ada 3 pasang calon. Terus era Jokowi 2014 dan 2019. Hanya ada 2 calon terus menerus karena kerjaan oligarki.
Apa salahnya SBY? Orang sesuai fakta fakta yang ada. Soal SBY mau ikut memperjuangkan anaknya, itu hak dia, dan sah saja dalam politik. Gak usah baper.
Emang Prabowo gak memperjuangkan dirinya dan partainya juga? Prabowo masuk koalisi PDIP itu memang nya aspirasi siapa? Ya Aspirasi Gerindra dan aspirasi kader Gerindra.
Kalau bicara Aspirasi rakyat, rakyat maunya Prabowo oposisi. Jadi dia masuk ke koalisi PDIP itu memang kepentingan Prabowo dan Gerindra. Bukan keinginan rakyat.
Saya dulu juga menentang Prabowo masuk kabinet, bukan apa apa, karena kalau diluar pemerintah bisa jadi oposisi yang powerful. Bisa bermanuver politik lebih elegan gak harus bikin rusuh juga.
Tapi ketika Prabowo masuk koalisi PDIP, ya saya maklumi. Karena politik is politik. Saya tau Gerindra juga punya kepentingan dirinya. Biarin saja.
Tapi kalau Prabowo juga merasa dicurangi SBY 2009, disitu masalahnya. Dia lupa bahwa dia kalah pilpres karena suka salah pilih teman dan suka polos.
Pasangan sama Megawati itu salah sendiri kalau kalah. Memang rakyat waktu itu gak suka sama Megawati kok dijadikan pasangan.
Jadi, kalau berpolitik itu fair aja dan dewasa aja. Akui kelebihan orang lain, akui kekurangan diri sendiri juga. Gak usah teriak sana sini.
Karena Kalau anda membela demokrasi, maka anda akan netral dan minimal akan fair. Tapi kalau yang anda bela adalah partai, tokoh, kepentingan partai anda.dst.
Maka kelakuan anda sama dengan kelakuan Demokrat, PDIP, Gerindra dll. Karena Ini suka bela tokoh, bela partai, akhirnya saling serang. Padahal semua mereka pernah melakukan kebodohan, tapi kok saling melempar tudingan.
Saya justru mengajak semua orang untuk fair. Bangsa yang besar adalah bangsa yang fair. Bela demokrasi prioritas diatas pembelaan kita kepada partai, tokoh dst. Itu prinsip saya.
Biar gak kelihatan bodoh kita dalam berdemokrasi. Biar bangsa ini naik kelas dari kegaduhan tanpa makna dan gak penting buat rakyat.
Biar Indonesia Menuju Indonesia yang cerdas, cakap, substansial, dan fokus kesehatan demokrasi dimasa yang akan datang.
Golongan tua saat ini sangat merusak bangsa. Mereka bermanuver di berbagai partai hanya untuk kepentingan dirinya, golongan, dan partainya.
Mereka memanfaatkan pengikutnya agar terus bisa eksis. Takut gak punya jabatan, takut kehilangan pengaruh, gila hormat, suka Pujian dst.
Harapan saya justru di generasi mendatang bangsa ini, anak anak mudanya yang lebih fresh dan lebih cerdas. Yang akan memimpin bangsa ini kelak dengan gaya baru yang lebih berkelas.
Atas motivasi inilah saya suka menulis, karena saya Anti kebodohan sistem saat ini, anti kebodohan politisi tua saat ini yang membuat bangsa terus mundur.
Saya anti kebodohan dalam demokrasi. Baik pelaku nya partai nasionalis, maupun partai agamis. Mau PDIP atau partai Islam, Mau dia senior atau apapun dia. Semua kebodohan adalah lawan saya. Apapun warna dan isme nya. Titik!
Karena kita harus berjuang hari ini untuk masa depan lebih baik. Kita harus mendidik generasi hari ini agar mereka tidak mengikuti kebodohan kebodohan pendahulunya.
(Tengku Zulkifli Usman)