RATU ELIZABETH II
Oleh: Tarli Nugroho
Ratu Elizabeth II adalah figur terakhir supremasi Barat dalam Perang Dunia II yang masih bertahan hingga abad ke-21. Kepergiannya, hari ini, bisa berarti banyak.
Eropa hari ini bukan lagi Eropa seperti yang kita lihat dua dekade silam. Menghadapi Rusia, para pemimpin Eropa kini terlihat kebingungan. Di atas kertas, kita bahkan tidak lagi melihat ada pemimpin Barat yang memiliki visi sebagaimana yang dimiliki Putin atau Xi Jinping.
Dunia sepertinya memang sedang menghadapi perubahan orde. Berkaca dari kasus Ukraina, Joe Biden di Amerika Serikat, serta para pemimpin negara-negara Uni Eropa sekarang, memang sedang membawa negara-negara Barat ke tengah krisis politik serius yang membuat posisi superior mereka sebagai penguasa dunia sejak Perang Dunia II menjadi kian melemah.
Sementara di sisi sebaliknya, Rusia di bawah Putin, serta Cina di bawah Xi Jinping, semakin menunjukkan superioritasnya sebagai kekuatan global baru. Kedua negara ini bahkan telah memiliki gerbong pengikut, baik di Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin, maupun Asia.
Akan bergabungnya 13 negara baru, seperti Iran dan Argentina, sebagai anggota BRICS, misalnya, merupakan penanda nyata bahwa peta persaingan dunia kini telah dan akan berubah.
BRICS, akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa), yang terbentuk sejak 2006, sejak awal memang digadang-gadang merupakan saingan dari G7, yaitu grup yang terdiri dari Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.
Anggota BRICS adalah negara-negara emerging market berpengaruh dengan GDP mencapai 23,2 persen dari total GDP global per 2018.
Selamat jalan, Ratu. Winter is coming.
*Foto: Ratu Inggris dan 'Raja Jawa', medio 1979.