Catatan Naniek S Deyang (eks wartawan senior)
Lihatlah sejak demokrasi Indonesia ada di tangan tukang survei, pemimpin seperti apa yang kita rasakan? Hanya kontestasi dimana juaranya para oligarki.
Tapi rakyat tidak kapok. Orang Indonesia itu mudah kebawa arus, mudah bimbang, sangat labil. Nah ini yang dimanfaatkan oleh pabrik-pabrik survei.
Untuk meyakinkan bahwa calon pemimpin yang dihasilkan pabrik survei benar, maka dibayarlah media-media untuk mempromosikan hasil survei.
Saat ini, hampir semua media independent karena persaingan ketat tidak ada yang bisa hidup sehat, karena harus bersaing dengan media-media milik oligarki. Nah media yang tadinya menyebut independent pun akhirnya harus "menjual" diri demi perusahaan tetap jalan.
Pemimpin yang lahir dari kolaborasi survei bayaran dan media bayaran, ditambah tim sorak (pengamat bayaran), maka yang lahir adalah pemimpin bingung di tingkat mana pun. Dia tidak akan punya otoritas penuh memimpin, karena dikendalikan pemilik ATM.
Mau sampai kapan? Ya karena rakyat kita maunya seperti itu, labil dan percaya yang bersifat bayaran, ya sudah kita berusaha memelekkan kalau bisa, selebihnya biar jadi urusan yang di Atas.
Jum'at berkah yang sedih😭
09/09/2022
(fb)