Menarik liputan khusus Majalah TEMPO edisi terbaru dengan judul headline "GANJAR HILANG, PUAN TERBILANG".
Peluang Ganjar Pranowo menjadi calon presiden pada 2024 lewat PDIP nyaris tertutup. Demikian sebut majalah TEMPO.
Sumber TEMPO -orang dekat Ganjar- dan seorang petinggi partai koalisi pemerintah bercerita, Ganjar berupaya memastikan arah dukungan PDIP sebelum akhir 2022. Petinggi partai ini mengatakan Gubernur Jawa Tengah itu tengah berusaha meminta waktu bertemu dengan Megawati. Tapi keinginan itu tak kunjung terwujud.
Orang dekatnya juga menyebutkan bahwa Ganjar dan Presiden Jokowi sempat berdiskusi soal arah dukungan PDIP. Dalam acara Hari Bhayangkara di Semarang pada 5 Juli lalu, Jokowi menghendaki dukungan PDIP untuk Ganjar bisa diperoleh paling lambat Oktober 2022.
๐Dua sumber yang mengetahui dukungan Presiden terhadap Ganjar mengatakan Jokowi juga menyadari bahwa kecil kemungkinan PDIP mengusung Gubernur Jawa Tengah itu.
๐Kini orang-orang kepercayaan Jokowi tak lagi aktif mendampingi atau memantau berbagai isu soal Ganjar di media sosial.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung tak merespons konfirmasi hingga Sabtu, 17 September lalu. Adapun staf khusus Menteri Sekretaris Negara bidang komunikasi, Faldo Maldini, mengatakan sulit untuk mengunci dukungan partai ketika pemungutan suara masih berjarak dua tahun lagi. “Presiden taat pada konstitusi. Dukung-mendukung merupakan urusan partai politik,” tuturnya.
Sikap PDIP dan Megawati terhadap Ganjar berbeda saat Jokowi digadang-gadang maju dalam pemilihan presiden 2014. Jokowi yang masih menjabat Gubernur DKI Jakarta dan Megawati kerap terlihat akrab. Keduanya blusukan bersama ke Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio pada Oktober 2013 atau lima bulan sebelum Megawati mengumumkan pencalonan Jokowi pada Maret 2014.
Megawati juga kerap menggandeng Jokowi ke berbagai forum. Keduanya menghadiri pertemuan terbatas dengan para duta besar dan diplomat di rumah Jacob Soetoyo, bos kelompok usaha Gesit, di Permata Hijau, Jakarta, pada April 2014.
Kepada TEMPO pada Jumat, 16 September lalu, Ganjar Pranowo mengirimkan sejumlah tautan berita. Isinya, pernyataan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto soal larangan Ganjar bersafari ke provinsi lain. Dalam pemberitaan tersebut, Hasto menjelaskan bahwa kader tidak dilarang berkampanye untuk kepentingan partai.
“Saya lebih baik berkonsentrasi mengurus inflasi dan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak,” ucap Ganjar lewat pesan WhatsApp.
•••
BERBEDA nasib dengan Ganjar Pranowo, Puan Maharani justru mendapat mandat dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk bersafari politik. Dalam satu rapat pada bulan Juli di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Megawati menginstruksikan anaknya dan pengurus inti partai menemui para ketua umum partai.
Penjajakan kepada ketua umum partai politik pun dimulai. Berupaya menemui Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Bambang Wuryanto menghubungi bekas Jaksa Agung, Muhammad Prasetyo. Ia menyampaikan rencana Puan bertemu dengan Surya kepada Prasetyo.
Sebelumnya, hubungan Surya dengan Megawati ditengarai sempat dingin.
Seorang petinggi NasDem bercerita, dalam pertemuan empat mata dengan Surya, Puan disebut-sebut meminta partai itu mempertimbangkannya sebagai bakal calon presiden. Sumber yang sama juga mengatakan bahwa Puan meminta waktu hingga akhir tahun ini untuk menaikkan elektabilitasnya.
Adapun Surya mengatakan situasi politik menjelang Pemilu 2024 masih dinamis, termasuk keputusan soal calon presiden. Menurut Surya, keputusan partainya masih bisa berubah meski telah mengumumkan tiga nama bakal calon presiden pada Rakernas NasDem. Ketiganya adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Andika Perkasa.
(Baca selengkapnya di Majalah TEMPO)