[PORTAL-ISLAM.ID] 'Malapetaka' di Eropa karena sejumlah masalah sepertinya telah memakan korban. Perlu diketahui Eropa saat ini dilanda gelombang panas, kekeringan parah hingga ancaman resesi ekonomi.
Ekonomi Jerman misalnya diyakini telah memasuki resesi. Jerman diketahui telah menderita inflasi tinggi karena harga energi yang melonjak signifikan akibat seretnya gas dari pemasok utama, Rusia.
Hal ini didapat dari jajak pendapat ekonom Reuters terbaru. Bahkan kontraksi atau pertumbuhan negatif diramal terjadi selama tiga kuartal berturut-turut.
Median dalam jajak pendapat menunjukkan ekonomi Jerman akan menyusut 0,1% dan 0,3% pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Lalu 0,2% pada kuartal pertama tahun 2023.
Itu adalah perubahan haluan yang tajam dari ekspektasi pertumbuhan sebelumnya di Juli. Di mana pertumbuhan kuartalan masing-masing 0,2%, 0,3% dan 0,4%.
"Harga gas bergerak dari satu 'astronomis tinggi' ke yang lain dan akan menyebabkan tagihan energi yang belum pernah terjadi sebelumnya, selama musim dingin," kata Carsten Brzeski dari ING dikutip Rabu (7/9/2022).
"Bahkan tanpa penghentian total gas Rusia, harga energi dan pangan yang tinggi akan sangat membebani konsumen dan industri, membuat resesi teknis, tak terhindarkan," ujarnya lagi.
Sebelumnya, minimnya pasokan gas sebenarnya telah memicu lonjakan 400% harga gas grosir selama tahun lalu. Ini telah melukai sektor-sektor intensif energi dari produksi logam hingga produksi pupuk di benua biru.
Inflasi meningkat mendekati level tertinggi dalam 50 tahun di 8,8% pada Agustus dan tagihan energi warga melonjak mengikis daya beli rumah tangga. Hal itu meningkatkan tekanan kepada Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga yang lebih besar.
BLT Rp 4,4 Juta
Sementara itu, untuk menekan penderitaan warga, Jerman diketahui akan memberikan dana sekitar 300 euro (sekitar Rp 4,4 juta) untuk para pekerja. Bagi pensiunan dan siswa, mereka juga akan mendapat BLT masing-masing 300 euro dan 200 euro.
"Jerman akan tetap bersatu di masa sulit ini," kata Kanselir Olaf Scholz, dikutip Associate Press (AP).
"Sebagai negara, kita akan melalui saat-saat sulit," tambahnya lagi.
Selain itu, sejumlah aturan lain juga akan diberlakukan. Seperti penerapan batas harga konsumsi energi untuk keluarga dan individu serta "tiket 9 euro" sebagai subsidi pengguna transportasi publik, baik lokal maupun transit.
"Kita tahu banyak warga Jerman menderita dengan kenaikan harga dan pemerintah menyiapkan bala bantuan," tambah Scholz lagi. "Kami melihat ini, sangat serius," tegasnya.
Secara keseluruhan Jerman akan menginvestasikan tambahan anggaran hingga 65 miliar Euro. Ini merupakan paket ketiga dalam beberapa tahun terakhir.
Sebelumnya pemerintah menghabiskan 300 miliar euro untuk menopang ekonomi selama dua tahun karena Covid-19. Saat perang Rusia Ukraina mulai, pemerintah juga mengalokasikan 95 miliar euro guna menekan kenaikan inflasi.
Meski demikian, sejumlah analis memandang skeptis BLT tersebut. Ini dikatakan tak akan banyak menyelamatkan negeri itu dari resesi.
"Paket bantuan ketiga tidak banyak mengubah fakta bahwa Jerman kemungkinan akan meluncur ke dalam resesi di musim gugur," kata Kepala Ekonom Commerzbank Joerg Kraemer dilansir Reuters.
"Paket bantuan tidak dapat mengubah fakta bahwa Jerman telah menjadi lebih miskin sebagai pengimpor energi bersih. Perusahaan harus mengurangi penggunaan energi, yang telah menjadi mahal, dan memotong produksi mereka sesuai," jelasnya lagi.
(CNBC)