[PORTAL-ISLAM.ID] – Eks Penasihat Ahli Kapolri, Muradi, menyebutkan fakta baru terkait dengan dugaan adanya ‘kakak asuh’ Ferdy Sambo.
Kakak asuh ini diduga mempengaruhi proses pengusutan kasus pembunuhan Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Hutabarat yang tewas di rumah dinas Kadiv Propam tanggal 8 Juli 2022.
Menurut Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran tersebut, kakak asuh Ferdy Sambo dalam kasus ini ada dua macam.
Yang pertama, kata dia, kakak asuh ini ternyata masih aktif di kepolisian dan menjabat sejumlah posisi strategis di Polri. Perannya jadi penghubung dari kakak asuh yang berada di luar.
Sedangkan kakak asuh yang kedua posisinya sudah di luar kepolisian. Sudah tidak aktif, tapi tetap berpengaruh.
"Kakak asuh ada dua ya. Ada yang masih aktif, yang sebagian besar pegang posisi strategis," katanya dalam Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Jumat (23/9/2022).
"Makanya saya bIlang, yang masih aktif ini (di kepolisian) ini jadi jembatan, menyampaikan dari kakak asuh yang tidak aktif ini," sambungnya.
Ia lantas memberi analogi, misalnya, seorang purnawirawan tetap dihormati dan punya pengaruh, meskipun ia tidak lagi menjabat posisi di Polri.
Pengaruhnya bisa kuat, ditambah adanya penghubung, seorang kakak asuh yang masih megang posisi strategis di internal kepolisian.
“Makanya, Ini jadi jembatan penghubung antara kakak asuh pensiun yang punya pengaruh tadi dengan yang mengurus kasus (Ferdy Sambo)," paparnya.
Ia lantas menjelaskan, alasannya ungkap terkait kakak asuh di seputaran kasus Ferdy Sambo supaya masyarakat fokus ke kasus tersebut dan tidak teralihkan dengan urusan personal.
"FS ini bukan operasi kepolisian, tapi personal yang nyeret organisai. Selama tiga pimpinan. Ini remeh temeh personal, luar biasa sayang. Ini saya tekankan, kasus ini harus selesai. Supaya internal polisi wibawa," ungkapnya.
Sebelumnya seperti diberitakan, Muradi sebelumnya juga bicara tentang ‘kakak asuh’ ini punya peran, misalnya membangun persepsi publik saat persidangan Ferdy Sambo atau FS, bahwa seolah-olah FS ini innocent dan sebagainya.
“Ini akan mengganggu ataupun mempengaruhi perspektif hakim dan jaksa.”
Saat presenter Sapa Indonesia Malam, Aiman Witjaksono, menanyakan, apakah ‘kakak asuh’ tersebut berasal dari internal Polri? Muradi membenarkan, dan menjelaskan bahwa yang ia maksud adalah senior FS di Akademi Kepolisian (Akpol).
“Internal Polri. Betul (angkatannya lebih senior), dia menjadi orang yang kemudian lebih senior dibanding Sambo,” jawabnya. [kompas]