WOKASOKU
Saat itu Iblis masih menjadi pemimpin malaikat. Sebelum membuat kesalahan/dosa terbesar sepanjang masa yaitu “merasa lebih baik”.
Perasaan itulah, yang membuat Iblis berani sombong dan menolak perintahNya untuk sujud kepada Adam.
Begitupula kaum Yahudi yang dikutuk, karena enggan mengakui ajaran Kanjeng Nabi. Meski sebenarnya mereka sangat mengerti kebenaran tanda-tandanya Kanjeng Nabi.
Hanya karena merasa lebih senior, lebih baik, lebih pantas dan merasa tersaingi.
Jadi, jika malaikat saja bisa terpeleset dengan dosa besar “ana khoirun minkum”, apalagi kita.
Lantas, siapakah diantara kita yang paling berpotensi terpeleset dosa ini ?
Ternyata, justru malah orang-orang baik/ soleh/ alim atau kumpulan orang-orang baik/ soleh/ alim.
Koq begitu ?
Ya wajar saja, sebab mereka punya modal untuk merasa.
Kalau gerombolan makumba : preman, maling, psk, bandar togel, kan modalnya nggak ada.
Nah, perasaan lebih baik ini repot lagi kalau sudah terlembaga dalam jamaah kebaikan, komunitas kesalehan, tarekat, organisasi filantropi, dan sejenisnya.
Dalam kasus tertentu, kadang terjadi kesolehan dan kebaikan yang dilegitimasi dengan ilmu yang memadai akhirnya menjadi perpaduan yang sempurna terjadinya penyimpangan.
Karena sudah soleh dan baik, gampang tersinggung kalau diserang.
Kalau dikritik, malah serang balik.
—-
Klo gitu, mending kumpul komunitas gento / makumba dong mas ?
Ya nggak juga… lha kalau jamaah orang baik/ soleh saja berpotensi badai tsunami, apalagi kumpulan/gerombolan yang nggak jelas.
Lhawong gerombolan suporter bola saja bisa saling serang dengan orientasi yang absurd koq 🙈.
Tetep saja lebih baik ikut tombo atinya opick.
Wong kang soleh kumpulono alias wokasoku.
Masih banyak sekali wong soleh yang bisa dikumpuli.
“Wong soleh” itu biasanya malah nggak pernah merasa paling soleh, bahkan dia sendiri kadang nggak tau klo dirinya itu soleh 😀.
Pelajaran berharga dicontohkan Habib Mundzir Al Musawwa (Alm) yang pernah mencium tangan preman saat salaman, sampai premanya nangis tersedu karena anaknya saja jijik cium tanganya… lha ini dicium ustadz kabir.
Atau guru mulia Habib Umar yang tidak mau berdakwah, jika dalam hatinya masih terbesit rasa “ana khoirun minkum”.
Mungkin kita juga perlu belajar bedain “berbuat baik dengan ghiroh” dengan “berbuat baik dengan amarah”.
Kata guru , kalau orientasinya Allah, itu ghiroh, kalau orientasinya (geser) ke diri, berarti itu amaroh.
Dan selama masih amarah, nggak akan pernah bisa muthmainah (tenang/damai).
“Ala bidzikrillahi tathmainnul-qulub”
(ar-Rad ayat 28)
——
Disclaimer : Ternyata, nulis ini juga tidak bisa steril dari merasa lebih soleh dari anda semua yang baca… wkwk
(By Supeno Widyo)