Ulil Amri, kata Ibn Taimiyyah, kalau dia ketemu apa yang datang dari Quran dan Sunnah ya dia akan menetapkannya. Kalau tidak tahu ya jangan menghukumi sesuatu sebelum dia tahu. Kalau tidak begitu, maka dia sudah berhukum bi ghayri ma anzalallah. Kalau ulil amri sudah begitu, itu termasuk sebab terbesar keruntuhan bangsa dan peradaban, dan itu diajarkan baik oleh zaman kita maupun zaman sebelum kita.
- Ok, soal bangsa runtuh gampanglah, yang penting ibn taimiyyah masih menyebutnya ulil amri kan?
Kita lanjut bacaannya...
Ulil amri, kalau dia tidak tahu lalu memutuskan yg menyelisihi hukum Allah maka dia termasuk ahli neraka..
- tuh masih disebut ulil amri kan???
Lanjut.
Ulil amri kalau dia tahu tapi memutuskan yg menyelisihi hukum Allah maka dia termasuk ahli neraka..
Ulil amri kalau dia menetapkan tanpa adil dan tanpa ilmu (berarti keduanya sekaligus) maka dia lebih utama untuk masuk neraka (daripada 2 golongan yg sebelumnya).
- masih disebut ulil amri mas...
Sepertinya lebih penting masih disebut ulil amri daripada dia dianggap calon masuk neraka ya..
Ini poinnya Ibn Taimiyyah selanjutnya..
Itu (yaitu status mereka yg berhukum tanpa ilmu dan atau tanpa keadilan) berlaku jika menetapkan untuk kasus spesifik (misal sengketa satu orang)...
Sementara untuk yang menghukumi secara umum ke atas kaum muslimin, lalu dia menghukumkan yang haq sebagai kebatilan, yang batil sebagai kebenaran, atau yang sunnah dihukumi bidah, yang bidah dihukumi sunnah, atau yang makruf dianggap munkar, yang munkar dianggap makruf, atau melarang apa yang diperintah agama, menyuruh yg dilarang agama.... maka ini dari warna yang lain... dari jenis yang lain...
Kita serahkan pada yang di Atas.
Sekian kutipan Ibn Taimiyyah (dengan terjemah bebas).
Ini uslub Ibn Taimiyyah... beliau menjabarkan dan membedakan 2 level tahkim bi ghayri ma anzalallah, yang pertama tahkim dengan makna tanfidz, eksekusi parsial, yang kedua tahkim dengan makna tasyri', membuat hukum yang lain, untuk yang kedua ini bukan berarti Ibn Taimiyyah memerintahkan pokoknya pasrah saja.. poinnya fokus pada komentar beliau "hadza launun akhar." Maka orang "yang begini ini jenis yang lain" spesies yang lain... bukan apa? Sudah bukan ulil amri minal muslimin....
Tinggalkan madkhalisme wa akhawatuha.
(Pdjatmiko)
*fb