Kasihan juga kalau sampai guru-guru itu dipecat.
Mereka tidak mengajari murid-murid itu berbohong. Apalagi ngajari nyolong.
Guru-guru itu cuma ingin murid-murid mereka berpakaian lebih rapi agar tidak dimangsa predator.
Tapi di zaman serba konten ini, semua ingin viral. Di zaman Tiktok ini, semua ingin terkenal. Mental anak-anak semakin lemah. Cuma diminta berpakaian sopan, langsung depresi, lalu ngadu sama emaknya.
Orang tua-orang tua zaman sekarang juga lebay. Ada masalah sedikit, curhat ke medsos dengan gaya bahasa seolah-olah jadi manusia paling teraniaya sedunia.
Dan para netizen julid Indonesia ini memang kejam. Berkat jari-jari mereka, masalah sepela bisa jadi sangat besar. Setiap ada keributan, mereka ingin harus ada orang lain yang celaka.
Saya dari dulu tidak suka pemaksaan. Tapi di atas hal-hal yang saya sukai, ada hukum/aturan. Hukum/aturan harus diletakkan di atas segalanya. Karena dengan hukumlah manusia bisa ditertibkan.
Kalau ada orang tua tidak berkenan dengan satu atau beberapa aturan, ya datangi dong sekolahnya. Bicara baik-baik dengan guru atau kepala sekolah. Bicarakan apa yang jadi permasalahan. Cari solusi bersama. Beri anak contoh bagaimana menyelesaikan masalah secara cerdas dan beradab.
Para guru itu orang-orang terdidik yang pasti bisa diajak rembukan jika memang diniatkan untuk kebaikan.
Mentok tidak ada solusi?
Pindah sekolah!
Memangnya dengan curhat ke medsos, masalah bisa selesai?
Misal guru-guru itu kena sanksi, yakin bakal happy ending? Yakin guru-guru lain masih berminat mendidik si anak setelah apa yang dilakukan orang tuanya pada rekan mereka?
Jangan-jangan si anak malah tambah depresi.
Akhirnya pindah sekolah juga.
(Wendra Setiawan)