Oleh: Yusuf Blegur | Mantan Presidium GMNI
Kekuasaan di republik ini semakin vulgar tak senonoh.
Perilakunya mengumbar nafsu birahi yang tak mengenal waktu dan tempat.
Membuka aurat dan kehormatan jabatan di hadapan rakyat.
Para pemangku kepentingan publik, tak lebih baik bahkan dari pelacur pinggir jalan.
Korupsi, pembunuhan dan penistaan agama menjadi tontonan terbuka setiap mata.
Kemiskinan ahlak dan ketiadaan adab, menyelimuti kebanyakan petinggi negara.
Merendahkan kemanusiaan sembari menjunjung tinggi sifat kebinatangan.
Memangsa yang lemah hingga ke akar-akarnya, angkuh memamerkan taring yang berlumuran darah.
Bagai panggung konser kebiadaban, aparatur negara beraksi berkostum kemunafikan.
Menampilkan pentas dramatik dan horor, aksi gerombolan birokrasi dipenuhi teror dan tragedi.
Untuk menghindari skenario fiksi, sutradara dan aktor bekerjasama menampilkan adegan panas penuh syahwat libido.
Habitat korporasi, politisi dan birokrasi tak ubahnya seperti konsorsium pengelola rumah bordil.
Melenggang-lenggok dan sesekali meliuk-liuk tanpa busana memuaskan ereksi politik.
Pertunjukkan elitis yang erotis menjadi dominan, seolah-olah mampu menutupi karakter psikopat pemerannya.
Penuh komedi tapi keji, begitulah rakyat menikmati sajian tari telanjang para badut politik.
Munjul-Cibubur - 4 Agustus 2022.