Catatan: Naniek S Deyang
Harga telur 33 ribu bahkan 35 ribu. Mengapa harga telur yg sdh naik dari sebelum Lebaran 25 ribu, kini malah melonjak lagi ke 33-35 ribu? Katanya karena banyak dipakai Bansos (pemerintah beli, peternak langsung memainkan harga), dan imbasnya rakyat ikut tercekik.
Saya mau nulis ini sdh lama, tapi lupa terus. Mengapa harga telur dan ayam itu mudah dimainkan, seperti harga ayam dan telur gak ada moment Lebaran, Natal dan Lebaran Haji kok masih mahal terus, terutama telor, karena sejatinya pemain alias peternak besar ayam dan ayam petelur itu KARTEL, yaitu hanya segelintir konglomerat dan asing.
Kartel ini menguasai bisnis peternakan dari hulu-hilir, punya pembibitan ayam, pabrik pakan sampai hilir yaitu pembesaran ayam baik pedaging maupun petelor. Kalau peternak-peternak kecil sih sudah lama modyar ya, karena gak kuat beli harga pakan yg mahal.
Jadi yg sekarang ada di pasar-pasar mau ayam atau telor, itu mayoritas hasil produksi peternak besar. Makanya mereka ini dengan mudah menguasai atau mengendalikan harga. Lihat saja harga telor, dari Desember 2021 sampai sekarang gak turun di bawah 25 ribu, eh boro-boro turun yg ada malah melonjak 33 ribu, karena adanya permintaan besar pemerintah utk bansos.
Nasib kita ini memang hidup dalam cengkraman kartel. Semua harga-harga naik dan pemerintah tidak berdaya karena pemain perdagangan adalah kelompok kartel. Coba saja minyak goreng dari naik luar biasa, antri mengular sampai ada yg korban nyawa hanya karena antri minyak goreng, kemudian minyak hilang, dan ada lagi dengan harga baru. Memang rakyat berdaya meski posisinya sebagai pembeli? Nggak! Kenapa? Karena rakyat gak punya pilihan!
Kekuatan rakyat itu kalau kita kompak, yuukk kurangi makan telor dan ayam, biar numpuk di peternak. Emang telor dan ayam bisa disimpan lama, kita buat kapok kartel peternak.
Oh ya yg masih punya pekarangan, coba pelihara ayam kampung, selain sehat ayam dan telurnya, pasar ayam kampung itu masih terbuka lebar.
(23/8/2022)
*fb penulis