“Politik Praktis itu adalah tentang bagaimana Meraih Kemenangan & Kekuasaan, yang sesudahnya (HARUSNYA, IDEALNYA) dipergunakan untuk tujuan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat..."
Jadi jangan kaget dengan perilaku NASDEM yang ngotot ingin mengusung Ganjar Pranowo (GP) dan Anies Rasyid Baswedan (ABW), karena berdasarkan hasil survey masing-masing Beliau memiliki elektabilitas tinggi yang apabila diduetkan memiliki kans tinggi untuk memenangkan Pilpres. GP untuk memenangkan Pulau Jawa dan Indonesia Timur, lalu ABW untuk selebihnya.
***
Sejauh ini PKS dan Demokrat belum secara resmi menentukan sikap, namun fenomena ini layak untuk dikaji karena menjadi serangkaian fakta/bukti penunjang BAHWA rakyat Indonesia sungguh tidak berdaya apa-apa atas penentuan Pemimpin Nasional karena selalu dalam kendali Partai, yang di belakangnya adalah para Cukong/Bohir Penyandang Dana.
Bagaimana tidak, ketentuan Capres harus diusung oleh Partai dengan Presidential Treshold 20% telah menjadi penghambat Tokoh Potensial untuk menjadi kandidat pemimpin bangsa. Ditambah dengan fakta biaya tinggi untuk memodali Pilpres, maka independensi Capres ketika kelak terpilih menjadi Presiden jadi terongrong oleh para Pemodal/Cukong.
Ada pengamat yang mengestimasikan bahwa untuk bisa Nyapres butuh modal 7 hingga 8 Trilliun Rupiah !!!
silakan baca :
Mau Nyapres? Siapkan Dana Minimal Rp 7 Triliun
https://bisnis*tempo*co/read/531528/mau-nyapres-siapkan-dana-minimal-rp-7-triliun
Ridwan Kamil Sebut Capres Butuh Rp 8 T, Berapa Dana Kampanye Jokowi dan Prabowo di 2019?
https://kumparan*com/kumparannews/emil-sebut-capres-butuh-rp-8-t-berapa-dana-kampanye-jokowi-dan-prabowo-di-2019-1x2L6XnmyKp
***
Tentang NASDEM dan Surya Paloh sendiri, meski pada Pemilu 2019 “hanya” memperoleh 12.661.792 suara (9,05 persen), tidaklah bisa disepelekan.
Silakan tengok kembali keberhasilannya dalam “membajak” Ridwan Kami pada Pilgub Jawa Barat dan lalu mengantarkan kemenangannya, itu karena Si Bapak Brewok konon memiliki akses dana unlimited untuk setiap event perhelatan politik di Indonesia.
Apalagi jika duet dengan Mantan Wapres 2 kali yang selama ini berada di belakang ABW (baca: JK), maka GP-ABW akan menjadi pasangan capres yang powerful.
TANYA: Lalu bagaimana dengan analisis Mas TP yang memprediksi Indonesia tidak banyak berubah pasca Jokowi?
JAWAB: Ya silakan lihat sendiri, kalau mau sedikit ideal sebagai ikhtiar maksimal mengupayakan perubahan, maka Pak ABW jangan diusung oleh Partai yang selama ini turut mengusung Pak Jokowi; misal oleh PKS dan DEMOKRAT (karena Gerindra sudah mencalonkan Pak PS). TETAPI itu menjadi tidak mungkin karena terhalang oleh PT 20 %.
Juga lihat sepak terjang Pak SP yang sangat berpengaruh pada pengambilan kebijakan pemerintah saat periode I Kepemimpinan Pak JKW, yang pada Periode II dihadang oleh PDI P.
TANYA: Lalu bagaimana pendapat Mas TP soal pencalonan Pak ABW oleh Nasdem – Pak SP, itu sendiri?
JAWAB: Menurut pandangan saya pribadi, sebaiknya tidak ! apalagi jika dipasangkan dengan GP cuman HANYA SEBAGAI WAKIL.
(*note : sepertinya Demokrat dan PKS juga keberatan jika GP yang jadi Capres karena efek ekor jas-nya sulit untuk diharapkan, malah bagi PKS akan jadi bumerang karena GP selama ini sudah identik dengan “merah”).
Akan tetapi sebagai Opsi Lain, yaitu untuk pendidikan politik kepada Masyarakat, ya sudah maju saja...
Jadi nanti mudah-mudahan Calon Presidennya ada 4 (empat) yaitu Pak PS, Pak ABW (atau Pak GP ), Pak AH dan 1 lagi dari PDIP.
Biar nanti rakyat makin dibombardir dengan serbuan propaganda .... biar jadi tambah pinter ! atau makin ambyarrr ???? 😄😁
***
Kembali ke topik .... kita jadi semakin paham khan ? bahwa situasi Perpolitikan Indonesia memang pelik dan ruwet. Atas kepelikan dan keruwetan itulah saya tidak bosan-bosannya untuk mengajak Sahabat-sahabat yang berteman di Akun ini, agar mari menyikapi situasi yang ada dengan bijak ... logis /akal sehat.... dan moderat (gak usah terlalu fanatik berlebihan) .... apalagi sampai berujung hujat dan caci maki di Medos, untuk apa ???? dapat apa ????
Selain hujat dan caci maki hanya membawa vibes negatif, juga bukan merupakan pendidikan politik yang baik untuk Generasi Penerus Bangsa. Mari kita ekspresikan dukungan kepada Tokoh-tokoh yang dipilih dengan cara elegan dan bermartabat.
(By Tara Palasara)
*fb