Duapuluh tahun silam, saya terlibat dalam sebuah riset, yang antara lain melihat peran korps baju coklat dan korps baju hijau dalam perputaran uang di lingkup lokal. Riset itu juga mencari tahu pola-pola bekingan yang dilakukan oleh kedua korps.
Temuan umum di beberapa daerah agak serupa:
1. Korps baju hijau membekingi bisnis yang cenderung legal. Misalnya, mereka membekingi juragan tembakau, agar bisnisnya aman. Di sebuah kota, mereka membekingi lokalisasi resmi.
2. Korps baju coklat membekingi bisnis yang cenderung illegal, misalnya narkoba dan perjudian. Togel, misalnya, itu dapat beking penuh dari korps ini. Setiap kali tarikan togel (kalau tidak salah, mingguan) semua level komandan dapat jatah. Besarannya membuat saya takjub. Tidak heran jika perwira bermelati dua saja bisa sekaya itu.
Jadi kalau sekarang ada kabar tentang konsorsium 303, sekejap pun saya tidak kaget.
Memangnya sampeyan kaget? Kaget nggak? Nggak toh?
*dari fb Abdul Gaffar Karim (dosen Fisipol UGM)