Sekelas Jenderal di pusat kekaisaran yang memiliki banyak "teman" seperlingkaran, harusnya bisa bikin skenario yang bagus banget kalo mau main drama. Satu perintah "hilang" maka lenyaplah. Sekali libat, tanpa perkara. Gak pake lama. Biasa!
Tapi memang gak ada yang bisa ngalahin ketentuan Allah. Wa makaru wa makarallah. Wallahu khoirul makirin.
Dengan mudahnya sang jenderal terjungkal.
Dibuatlah hari itu ia menjadi bodoh. Otaknye buntu, instingnye tumpul, nurani yang sudah lama mati pun semakin kelam. Pekat terkubur amarah dan arogansi.
Maka jatuhlah ia.
Menyeret segala kuasa,
Menarik kekaisarannya,
Menuju lubang kehinaan yang disaksikan jutaan pasang mata.
Maka demi Allah, kita pun juga harus tetap menatap dan terjaga.
Demi menyaksikan bagaimana dahsyatnya do'a-do'a orang yang terdzholimi bekerja.
Do'a dari seorang Ibu yang hatinya pedih tiada tara karena kehilangan anaknya.
Do'a dari seorang istri yang merana karena sang suami diantar pulang tanpa nyawa.
Do'a dari seorang anak yang terus berusaha membangunkan bapaknya yang tertidur kaku di hadapannya.
Do'a dari para saudara, kawan dan keluarga yang menyesali diri karena tak mampu berbuat apa-apa atas kehidupan saudaranya yang direnggut paksa.
Jasad yang terus mengeluarkan darah sampai pekuburan itu memang tak lagi bisa bicara. Tak lagi bisa bekerja membela dirinya. Tapi jasad tersebut ada Pemiliknya.
Pemilik Yang Maha Kuat,
Maha Kuasa,
Maha Membolak-balikkan Hati dan Kehidupan semua ciptaan-Nya.
Yang mendengar segala do'a dan ratapan dari makhluk-Nya yang teraniaya.
Maka bukalah mata.
Agar kita bisa menyaksikan, bagaimana MUBAHALAH itu bekerja.
Laa hawla walaa quwwata Illa billah.
Ttd.
(Aishah Rara)