Bosnia dan Bid'ah Bogomiles
Oleh: Arif Wibowo
Mengapa Bosnia, sebuah wilayah di benua Eropa, dengan ras kulit putih menjadi bangsa muslim.
Pertanyaan ini sempat nempel lama di benak saya. Selain karena kasus genosida saat invasi dari Serbia, juga karena buku karya Presiden Bosnia pertama, Alija Ali Izetbegovich, Islam diantara Timur dan Barat yang edisi Mizannya berjudul Membangun Jalan Tengah merupakan salah satu buku favorit saya.
Tanpa sengaja, jawabannya saya temukan dalam buku legend karya Prof. Dr. Thomas W Arnold, Sejarah Terlengkap Penyebaran Islam, yang diterbitkan oleh IRCISOD yang saya baca pagi tadi.
Faktor utamanya adalah pembangkangan orang-orang Bosnia terhadap Katolik Roma. Orang Bosnia, tulis Thomas W Arnold, adalah penganut sebuah aliran Kristen yang bernama Bogomiles.
Kaum Bogomiles ini adalah sekte Kristen pembenci salib yang dijadikan simbol agama, rumah ibadah mereka sederhana, tidak dihiasi ornamen ataupun dekorasi. Lonceng gereja disebutnya sebagai terompet setan. Cara beribadahnya ada gerakan membungkuk (seperti ruku') di depan bayangan patung orang suci.
Mengapa mereka membenci salib? Karena dalam pandangan kaum Bogomile, Kristus tidaklah disalib, jadi yang disalib adalah hantu yang telah menggantikan peran Yesus. Kaum Bogomiles ini juga mengharamkan minuman anggur.
Dalam pandangan Katolik Roma, bid'ah kaum Bogomiles ini sudah tidak bisa ditolelir, tidak termaafkan.
Pada tahun 1325, Paus John XXII mengirim surat kepada raja Bosnia yang isinya pihak Katolik Roma akan mengirimkan para inquisitor untuk membasmi bid'ah Bogomiles dan meminta Pangeran Stephen untuk ikut membantu tim inquisisi dari Roma tersebut.
Tindakan keras para inquisitor yang telah berlangsung sejak tahun 1325 itu ternyata tidak mampu menyurutkan sistem keagamaan kaum Bogomiles.
Hingga pada abad ke 15 kaum Bogomiles ini meminta bantuan kepada penguasa Turki Utsmani untuk melindungi mereka.
Itu sebabnya ketika Bosnia diserbu oleh Sultan Muhammad II, Raja yang beragama Katolik itu ditinggalkan rakyatnya, dan kunci utama Benteng Bobovatz justru diserahkan gubernur Bogomiles kepada pasukan Turki Utsmani. Dalam satu minggu saja, 70 kota telah jatuh ke tangan pasukan Turki Utsmani.
Euphoria atas proses kejatuhan Raja Katolik Bosnia ini disambut dengan perpindahan massal ke dalam agama Islam secara sukarela.
Orang-orang Bosnia yang bertahan dengan Kekatolikannya memilih pindah ke negeri-negeri sekitarnya sepertia Austria dan Hongaria.
Pada awalnya, tulis W Arnold, perpindahan mereka ke Islam itu hanya direncanakan sementara, untuk penghormatan kepada pasuka Utsmani dan mereka akan kembali kepada kekristenan Bogomiles.
Alan tetapi, beberapa kultur keagamaan yang sama, seperti penolakan atas penyembahan (tepatnya tawasul - kata tawasul ini koreksi dari saya atas terjemahan buku ini Kalau di terjemahan bukunya tertulis penyembahan. Padahal Katolik tidak menyembah Bunda Maria) pada Bunda Maria (seperti kita ketahui dalam Katolik, Bunda Maria mempunyai tempat istimewa sebagai Theotokos/Bunda Tuhan), juga penolakan kaum Bogomiles atas konsep pembaptisan dan lembaga kependetaan, menjadikan mereka akhirnya bertahan dan menyatu dengan Islam seterusnya.
(Sejarah Lengkap Penyebaran Islam, Prof. Dr. Thomas W Arnold, halaman 288-291)
****