[PORTAL-ISLAM.ID] Jamaah Muhammadiyah mayoritas memilih Anies Baswedan sebagai calon Presiden 2024.
“Dari jawaban yang dikirim melalui whatsapp, ada lima nama tertinggi calon presiden pilihan jamaah peserta Rakorwil, yaitu Anies Baswedan dengan 100% dukungan, disusul Sandiaga Uno 47% dukungan. Urutan ketiga ditempati Ridwan Kamil dengan 42% dukungan,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma’mun Murod Al Barbasy dalam artikel berjudul “Pesan Politik dari Samarinda”
Kata Ma’mun, Ganjar Pranowo menyusul di urutan keempat dengan dukungan 37%. Dan urutan kelima ditempati Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono yang sama-sama mendapat dukungan 32%.
Di luar nama-nama tersebut, kata Ma’mun Murod, terdapat nama Din Syamsuddin dan Prabowo Subianto yang sama-sama mendapat dukungan 26%. Nama Amien Rais juga muncul dengan dukungan 16%.
“Bahkan ada satu peserta yang menulis nama Amien Rais pada urutan pertama, sementara nama Anies Baswedan ditulis di urutan kedua, dan inilah satu-satunya peserta yang menulis nama Anies Baswedan pada nomor urut dua, selebihnya menulisnya pada nomor urut satu,” ungkapnya.
Terdapat juga nama-nama lain seperti Haedar Nashir, Zulkifli Hasan, dan Ridho Rahmadi (Ketua Umum Partai Ummat), dengan memperoleh dukungan sama, yaitu 10%. Selebihnya memperoleh suara di bawah 10%, masing-masing Busyro Muqoddas, Puan Maharani, Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, Isran Noor (Gubernur Kaltim), dan Sri Puji Astuti (anggota DPRD Samarinda).
Kata Ma’mun, meskipun hanya “survei kecil”, namun hasilnya menebar pesan politik yang serius bagi partai-partai politik yang akan mengusung calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang, terlebih partai-partai yang masih berharap mendapat dukungan dari jamaah Muhammadiyah.
Kata Ma’mun, berangkat dari pengalaman Pemilu 2019 yang berlangsung serentak, suara jamaah Muhammadiyah cenderung linier antara suara Pilpres dengan suara Pileg.
Partai yang pada Pilpres mengusung calon presiden senafas dengan suara mainstream jamaah Muhammadiyah, potensial juga didukung oleh mainstream jamaah Muhammadiyah, apalagi kalau partai yang bersangkutan mempunyai kedekatan historis dan emosional dengan jamaah Muhammadiyah.
“Sebaliknya, partai politik yang mendukung calon presiden yang tak senafas dengan pilihan suara mainstream jamaah Muhammadiyah, cenderung tidak dipilih, meskipun partai yang bersangkutan mempunyai hubungan emosional dan kesejarahan dengan jamaah Muhammadiyah,” jelasnya.[suaranasional]