[PORTAL-ISLAM.ID] Oleh: Sutoyo Abadi
Koordinator Kajian Politik Merah Putih
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berangkat ke Beijing pada Senin (25/7/2022), untuk kunjungan ke China. Agenda riil apa yang akan dibicarakan semua belum mengetahui.
Menurut peneliti Jepang Masako Kuranishi dari universitas Tsurumi dan universitas Seigakuin Jepang.
Mengingatkan Indonesia agar sangat hati hati terhadap gerakan China di Asia terutama di Indonesia. Jangan sampai salah langkah kalau tak mau negeri Nusantara ini berantakan nantinya gara gara China. China punya rencana atau konsep besar sejak Oktober 2013 terhadap Asia, yaitu Matitime Silk Road atau sering dijuluki One Belt One Road, sebuah ide yang di lemparkan oleh Xi Jinping.
Secara kasar dikatakan munculnya hegemoni China terhadap negara negara di Asia Di Indonesia akan dimulai dengan penguasaan Kereta Api, daerah yang dilewati akan dikuasai China. Awal kerja patungan 60 % Indonesia dan 40 % China.
Agenda tersembunyi bahwa Cina yakin Indonesia akan susah membayar dan ahirnya penguasaan mayoritas akan beralih ke pihak China.
Demikian rencana kerja ( sejak awal sudah dirancang ) akan didatangkan dari China.
Gesekan dengan warga pribumi mereka sudah siap. China akan memberikan pinjaman yang sangat besar ke Indonesia.
Kuranishi sampai heran Indonesia kok mau menerima pinjaman tersebut, dengan bunga 2%, padahal Jepang bisa memberikan pinjaman dengan bunga 1% / tahun.
China dengan bermuka manis sengaja memberikan pinjaman, Cjina tahu persis Indonesia akan kesulitan mengembalikan pinjamannya, akan lebih mudah dikendalikan dan dikuasai menyangkut sumber ekonominya. Itulah kata Masako China begitu manis untuk Indonesia.
Bahkan sejak awal China sudah mempersiapkan sebuah tindakan yang diperlukan apabila di Indonesia sampai timbul kerusuhan anti Cina.
Masuklah proyek infrastruktur dari China : pembangunan 24 pelabuhan, 15 bandar udara ( bandara ), pembangunan jalan sepanjang 1000 km, jalan kereta api 8.700 meter, pembangunan tenaga listrik berkapasitas 35.000 Mega Watt.
Itu terjadi setelah Jokowi pidato di KTT APEC di Beijing 8-12 Nopember 2014 meminta negara negara pasifik menanamkan modalnya di Indonesia.
Langsung ditangkap peluang itu oleh Cina yang sejak abad ke 13 sudah akan menguasai Nusantara Presiden Jokowi begitu ada tawaran utang ( pinjaman ) bergerak cepat tanpa berpikir tentang kemampuan membayar dan resiko utang yang akan terjadi.
Tanggal 25-27 Maret 2015, mengkongkritkan rencana pinjaman dan pembangunan yang dijanjikan China.
Gayung bersambut disetujuinya delapan nota kesepakatan China – Indonesia. Dan pada tanggal 27 Mei 2015 Wakil Perdana Menteri China datang ke Indonesia.
Bahwa China akan mempererat kerjasama di bidang keamanan politik, ekonomi dan perdagangan.
Presiden Jokowi lengah dari kedelapan nota kesepahaman tersebut ada implikasi dan memunculkan isue strategis yang membahayakan negara dengan datangnya jutaan warga China masuk ke Indonesia. Karena China sudah 1.6 milyar jiwa.
Masuknya warga China ke Indonesia jelas ada skenario lain dari RRC untuk melakukan Overseas Chinese, untuk menguasai sumber daya lain dengan nafas Post -neo- kolonialism, juga Planted agent RRC di luar negeri.
Kunjungan Presiden Jokowi saat ini ke Cina diduga kuat tidak akan membawa kebaikan untuk bangsa dan negara ini, tetapi membayakan Indonesia untuk masa depan.
Apalagi Jokowi ketemu Xi Jinping dalam kondisi sangat lemah dari dukungan ekonomi ( karena hutang yang sudah jatuh tempo) dan politik ( begitu berani engembalikan TKA yang sudah masuk ke Indonesia) akan ada ancaman dari China.
Pengamat politik Rocky Gerung meyakini, Jokowi dalam pertemuan tersebut akan membahas masalah Ibukota Negara (IKN) dan utang luar negeri Indonesia.
Dia menganggap, sikap Jokowi dalam membaca geopolitik cenderung dangkal dengan mengunjungi China, kata Rocky Gerung dikutip dari kanal YouTube-nya, Selasa (26/7).
Bahkan kalau dengan dalih investasi ada agenda menambah hutang kepada China, habis sudah Indonesia. [SN]