Setelah Lulus dari Pesantren mau apa? Mengajar atau Bekerja?
Oleh: Tsabit Abi Fadhil
Santri ketika sudah lulus dari pesantren dilematis memang, terlebih ketika berjuang di madrasah, terlebih madrasah milik NU yang memang menuntut untuk ikhlas lillahi ta'ala.
Terlebih lagi bukan dari keluarga yang mampu secara finansial atau biasa2 saja, terlebih juga mendapat istri yang biasa pula dimana mertua tidak bisa mensubsidi..😁
Tentu ini menjadi dilema tersendiri bagi alumni, mau mengajar atau bekerja, jika mengajar kok ekonomi terbengkelai, sedangkan jika bekerja kok nasyrul ilmi (menyebarkan ilmu) yang terbengkelai..
Mau menyalahkan siapa?
Mau menyalahkan NU karena belum bisa mengakomodir asatidnya? Mau menyalahkan orang tua murid yang tidak peka? Atau mau menyalahkan diri sendiri salah siapa miskin?
Nyanyi dulu..
Entah siapa yang salah, Kutaktau...😄
Memang iya, tidak dipungkiri kalau NU secara organisasi itu belum bisa memberi apresiasi untuk ustadz2 madrasah2 yang ada, begitu juga tidak kita pungkiri mentalitas umat yang tidak peka kepada ustadz yg mengajar anak2nya.
Jadi kedua hal itu PR bagi kita, semoga kedepannya NU bisa melakukan prioritas terhadap pendidikan madrasah, bukan sekedar pekade pekade banser saja yang blow up. Begitu juga semoga orang tua murid bisa peka terhadap ustadz2nya.
Adapun untuk alumni atau asatidz ketika menghadapi hal demikian yang perlu dilakukan adalah:
1. Upgrade diri menjadi wirausaha yang bisa memberi banyak ruang gerak untuk berkhidmah di madrasah. Tidak usah muluk2 dulu menjadi pebisnis besar, sesuaikan saja dengan kapasitasnya.
Misalnya andaikata madrasahnya sore habis asar - magrib, bisa jualan malam mulai habis magrib, jualan martabak misalnya, atau roti bakar, atau angkringan malam, atau UMKM yang masih terjangkau lainnya. Sore untuk madrasah, malam untuk jualan, pagi-sore untuk keluarga.
Adapun jika madrasahnya malam, maka bisa berwirausaha di pagi sampai sore. Jualan soto seperti TODUS soto kudusnya Faisal Kangcoy Zarab.
Atau jualan online seperti saya yang kerjanya sewaktu2 kita yang atur, jualan MADUNA misalnya, mau daftar jadi reseler atau dropsiper saya juga boleh kok. Tinggal di upgrade skil jualannya, bisa kursus marketing dll, dimana ini adalah investasi leher ke atas..😀
2. Adapun ketika tidak punya skil wirausaha, dan punya ijazah formal, maka bisa mencari pekerjaan pagi sampai sore dan khidmah madrasahnya malam hari.
3. Adapun jika punya skil publik speaking yang bagus, punya skil da'i maka perlu kiranya khidmah dari panggung ke panggung, dimana khidmah segmen ini itu cukup menjanjikan, amplopnya tebel..😁
Tentu saja kita tetap berusaha lillahi ta'ala ya, bukan lil amplop, tapi insyaAllah kepekaan masyarakat untuk segmen ini cukup baik.
Kalau perlu lagi bangun chanel youtube dll juga agar semakin bersinar, baik popularitasnya ataupun duit monetesinya..😁
4. Adapun terpaksa menjadi buruh pabrik, kuli, atau pekerjaan kasar lainnya sehingga tidak bisa khidmah di madrasah maka tidak mengapa, masih banyak segmentasi ibadah lainnya, bisa juga mengajar anak istrinya semampunya. Syukur2 upgrade diri, bisa juga melamar di pesantren2 yang mau memberi apresiasi layak bisyarohnya, Banyak kok insyaAllah. Misalnya pesantren Ar-Risalah Harapan asuhan kiai Fajar Abdul Bashir, rata2 beliau memberi bisyaroh 1-2jt/bulan untuk ustadz2 pengajarnya.
Untuk Madrasah dan Pesantren juga jangan hanya mengandalkan asatidz itu bakal seneng "hanya'' dgn ngalap berkah, Lalu berkhidmat dgn sepenuh hati, Mereka itu jg manusia.
Pengelola yayasan, madrasah, pondok jg harus mikir kesejahteraan asatidznya. Tidak usah muluk2 hrs tinggi, ukur saja kebutuhan hidup minimal di daerah itu. Insya Allah bisa..
Madrasah, dimatmatke rodo susah..
Hahahahaa..
Link gabung dropship MADUNA
(fb penulis)