Anak TK di Jerman tidak belajar baca-tulis-berhitung
Tapi bersosialisasi dan berbagi (ini punyaku dan itu punyamu, kalau mau pakai punyaku ijin dulu ya), juga diajarkan pemisahan jenis sampah, merapikan bekas mainan sendiri.
Di TK mereka diajarkan peraturan penting di jalan raya: arti lampu merah, tempat dan cara menyeberang, pengajarnya langsung polisi. Supaya anak anak tidak takut menghubungi polisi kalau butuh bantuan.
SD kelas 2 baru diajar baca tulis dan biasanya wajib kursus renang juga. Setelah kelas 4, baru diajari peraturan basic lalu lintas bersepeda (cara memberi signal belok, pakai helm, menghargai pejalan kaki dan keamanan sepeda), terakhir ada ujian praktek dan akan dapat SIM sepeda.
Tidak ada ranking atau perlombaan academic, bahkan nilai hasil ujian hanya guru dan siswa itu sendiri yang tahu (ini berlaku sampai universitas juga) selain masalah privasi tapi juga menghargai orang lain, orang pintar tidak sombong dan orang tidak pintar menjadi tidak minder.
Pokoknya masing masing tetap berusaha sesuai kemampuannya. Lagian anak pasti punya kelebihan dan kekurangan, jago di matematika belum tentu jago di seni, atau sebaliknya.
Manusia tetap manusia yang harus dihargai, bukan karena nilai ujiannya.
System pendidikan mereka focus pada karakter, membiasakan teratur, tanggungjawab dan menghargai orang lain.
Dan itu diajarkan sejak mereka mulai punya teman (TK) sehingga akan berbekas.
(Source: Fb Pak Wahyu Sunduseng)